Anak Berkebutuhan Khusus, Keistimewaan dalam Mencipta Legacy Kehidupan

Tulisan ini saya awali dengan berita membanggakan bahwa Indonesia resmi menjadi juara umum pada perhelatan ASEAN para games 2023 di Kamboja. Kemenangan ini menjadi salah satu bukti bahwa disabilitas Indonesia mampu sejajar bahkan melebihi prestasinya jika dibandingkan dengan negara lain di ASEAN.

Membanggakan sekaligus membuat kagum karena memiliki “fisik yang tidak sempurna” justru menjadi semangat bagi para penyandang disabilitas tersebut untuk terus berprestasi. Hal ini menjadi inspirasi bagi orang-orang yang dinilai memiliki “fisik sempurna” untuk setidaknya mempunyai semangat dalam berkarya sebagai manusia yang dianugerahi akal budi dan pikiran.

Selanjutnya, dalam proses berkarya, anak-anak berkebutuhan khusus juga terlibat didalamnya. Dimulai dari lembaga keluarga, anak dengan kebutuhan khusus atau disabilitas harus mulai dilatih untuk memiliki kepercayaan diri. Percaya diri menjadi salah satu landasan sifat agar sang anak bisa menggali potensi yang dimiliki, seperti bidang seni, pendidikan formal, olahraga atau kemampuan yang lain. Dalam membangun rasa percaya diri kepada Anak Berkebutuhan Khusus, orang tua terlebih dahulu harus memiliki rasa percaya diri tersebut. Orang tua yang percaya diri, akan memberikan energi positif kepada anak mereka.

Selain rasa percaya diri, dalam proses berkreasi seorang Anak Berkebutuhan Khusus, sikap berani juga diperlukan. Menjadi berani bukan untuk melanggar norma-norma sosial atau hukum, melainkan berani untuk mengambil keputusan, berani berkarya meskipun sendirian, berani untuk mengambil tantangan yang mungkin didapatkan di sekolah atau komunitas.

Menjadi berani, mengajarkan anak bahwa perbedaan fisik bukan menjadi halangan untuk berkarya, berimajinasi dan tampil di depan umum. Memiliki sikap berani juga menunjukkan bahwa sebagai manusia dengan kelebihan dan kekurangannya, adalah sama dalam  berkehidupan sosial.

Terakhir, memiliki rasa syukur. Dengan rasa syukur, menjadikan manusia sebagai makhluk yang tidak melupakan Allah SWT. Ketika anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus menanamkan sikap bersyukur, maka sikap membandingkan diri sendiri dengan orang lain sedikit demi sedikit akan berkurang. Mereka akan lebih menghargai apa yang telah diberikan oleh Sang Pencipta kepada mereka. Sikap ini juga akan membantu anak-anak berkebutuhan khusus ini berpikir bahwa mereka istimewa, sehingga keistimewaan itu menjadi pacuan semangat untuk menjadikan hidup mereka bermakna baik untuk diri sendiri, orang tua, dan juga untuk masyarakat.

Penulis: Mega Annisa

Sumber gambar: Cakrawala.co

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×