Seberapa pentingnya sih kita mengenal cara berinteraksi dengan penyandang disabilitas? Apa saja sih yang perlu kita lakukan saat berinteraksi dengan penyandang disabilitas? Seperti apa sih bahasa isyarat itu? Bagaimana dengan braille?Topik-topik tersebut dibahas dalam acara Seminar Pra-SDE sebagai peringatan Hari Disabilitas Internasional di Gedung AMEC Fakultas Kedokteran UNAIR pada hari Minggu (24/11) lalu. Acara seminar berlangsung dari pukul 10.00 WIB hingga pukul 14.20 WIB dengan berbagai macam topik, mulai dari Etika Berinteraksi dengan Penyandang Disabilitas (oleh Fadhilah Ramadhani, S.Psi), Belajar Bahasa Isyarat SIBI (oleh Bu Endah Riwayati, S.Pd) dan BISINDO (oleh Komunitas Arek Tuli atau KARTU Surabaya), serta Pengenalan Huruf Braille (oleh Pak Tutus Setiawan, M.Pd). Pada tengah acara Pra-SDE, Komunitas Cinta Berkain Indonesia menyerahkan donasi secara simbolis kepada Bu Dr. Sawitri Retno Hadiati, dr., MQHC sebagai ketua Yayasan Peduli Kasih Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Materi pertama diberikan sebagai pengenalan dan etika-etika yang perlu diketahui oleh masyarakat umum saat berinteraksi dengan pen yandang disabilitas tertentu. Kak Ira menjelaskan tentang apa saja yang perlu diperhatikan ketika berinteraksi dengan penyandang disabilitas mental, intelektual, fisik, netra, dan rungu wicara secara umum. Kak Ira juga menyatakan, “kita perlu berinisiatif untuk interaksi dengan penyandang disabilitas dan melakukan penyesuaian diri dengan teman-teman berkebutuhan khusus agar terbentuk kondisi masyarakat yang inklusif”.
Setelah itu, materi dilanjutkan dengan pengenalan bahasa isyarat BISINDO oleh Kak Disa dari KARTU. Kak Disa menerangkan menggunakan bahasa isyarat yang kemudian diterjemahkan. Pada sesi ini, peserta juga mempraktikkan dan memperagakan bahasa isyarat dari huruf A-Z, serta angka. Peserta tampak sangat antusias ketika menirukan bahasa isyarat “selamat pagi”, “selamat sore”, serta kalimat untuk memperkenalkan diri. Salah satu peserta juga menanyakan bahasa isyarat terima kasih yang kemudian dipraktikkan bersama-sama dengan peserta lainnya setelah diberikan contoh oleh kakak-kakak dari KARTU (Komunitas Arek Tuli). BISINDO merupakan bahasa isyarat sehari-hari yang sifatnya tidak baku dan hanya dapat diajarkan oleh teman-teman tuli. Sedangkan SIBI, materi selanjutnya, adalah bahasa isyarat baku dan formal. Materi SIBI diberikan oleh Bu Endah, guru SLB Karya Mulya, menggunakan penjelasan singkat dan praktik. Bu Endah mencontohkan bahasa isyarat huruf dan angka yang kemudian diikuti oleh para peserta bersama-sama. Antusiasme peserta tampak dari bagaimana mereka memperhatikan dan menirukan satu-persatu contoh yang ditunjukkan oleh Bu Endah.
Materi dilanjutkan oleh Pak Tutus, seorang guru tuna netra di YPAB (Yayasan Pendidikan Anak Buta), yang mengenalkan huruf braille pada peserta. Pak Tutus tidak hanya menjelaskan huruf A-Z dalam tulisan braille, namun beliau juga membawakan alat menulis braille sehingga para peserta bisa mencoba menulis namanya sendiri menggunakan huruf braille, “hayo ini tulisannya masih terbalik!” seru Pak Tutus saat beliau mengoreksi salah satu hasil tulisan braille peserta yang telah dikumpulkan. Beberapa peserta yang masih mengalami kesalahan berusaha memperbaiki sesuai dengan petunjuk yang diberikan Pak Tutus. “Nah, ini baru benar!” kata Pak Tutus ketika membaca tulisan yang telah dibetulkan oleh salah satu peserta. Peserta juga ada yang menanyakan cara mendapatkan alat menulis braille yang kemudian dijawab oleh Pak Tutus untuk mengontak beliau secara personal karena alat tersebut tidak dijual di toko-toko pada umumnya. Setelah sebagian peserta telah mampu menulis namanya sendiri dengan benar, Pak Tutus menutup dan mengucapkan salam.
Acara selanjutnya merupakan penghargaan untuk para pembicara dan penutupan, serta foto bersama. Berbagai feedback positif disampaikan oleh para peserta setelah acara, salah satunya adalah ungkapan terimakasih atas pengetahuan baru mengenai berinteraksi dengan penyandang disabilitas dan pengalaman baru saat belajar bahasa isyarat dan huruf braille.
Seminar Pra SDE ini merupakan awalan dari acara SDE (Surabaya Disability Expo) yang akan dilaksanakan pada bulan April tahun 2020. Tentu saja, topik-topik yang dibahas dalam SDE lebih beragam dan acaranya akan seru karena ada berbagai penampilan dari teman-teman penyandang disabilitas! Nah, penasaran kan seperti apa acara SDE? Nantikan keseruan SDE di bulan April 2020, ya!