Memberdayakan Tunarungu, Yayasan Peduli Kasih ABK Masuk ke Dalam World Hearing Day

Yayasan Peduli Kasih ABK masuk ke dalam World Hearing Day (WHD) 2020 bersama 108 negara lainnya. Reportase kegiatan yang rilis pada 2021 tersebut diselenggarakan oleh World Health Organization (WHO). WHD sendiri merupakan acara advokasi global tahunan yang menyerukan tindakan untuk mengatasi dan peduli terhadap gangguan pendengaran. Tujuannya berupa upaya meningkatkan kesadaran tentang gangguan pendengaran dan mempromosikan komunitas yang peduli terhadap pendengaran pada tingkat dunia. 

WHD 2020 mengusung tema, “Don’t let hearing loss limit you: Hearing for life”. Di mana tema tersebut menyoroti pentingnya peran pendengaran pada setiap jengkal kehidupan. Namun, jangan sampai pula adanya gangguan pendengaran memberi batasan kepada manusia untuk beraksi. 

Yayasan Peduli Kasih ABK (YPK ABK) yang bertempat di Jalan Manyar Sabrangan, Kecamatan Mulyorejo, Surabaya ini berfokus pada berbagai macam Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) utamanya yang kurang mampu. Keberadaan YPK ABK di WHD 2020 ini karena telah menyelenggarakan beberapa kegiatan yang mendukung ABK dengan kasus gangguan pendengaran. 

Dilansir dari laporan aktivitas WHD 2020, kegiatan yang diselenggarakan YPK ABK di antaranya: identifikasi ABK dengan kasus gangguan pendengaran, memberikan alat bantu dengar, mengadakan pelatihan bahasa isyarat, dan memperluas Kamus SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) serta Kartu Cerita Sosial sebagai media komunikasi bagi tunarungu maupun tunawicara. Selain bertujuan kepada ABK, YPK ABK juga memberikan tempat untuk mewadahi lansia dengan kasus gangguan pendengaran. 

Yayasan Peduli Kasih ABK, di dalam Indonesia urutan keempat.

Dalam pelatihan bahasa isyarat bermula atas terpesonanya dr. Sawitri, ketua YPK ABK terhadap bahasa isyarat ketika beliau berada di Amerika. Beliau bertemu dengan seorang psikolog yang sangat inklusif bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat pada orang tunarungu. “Saat ditanya apakah memiliki saudara tunarungu atau semua pasiennya tunarungu, ternyata jawabannya tidak.” Tutur dr. Sawitri yang kemudian memahami bahwa, “siapa saja yang terkait dengan disabilitas/ABK itu perlu belajar bahasa isyarat. Belajarnya pun perlu dipraktikkan layaknya kita belajar bahasa inggris. Sehingga kami membuat workshop atau pelatihan bahasa isyarat pada masyarakat umum. Dan Alhamdulillah antusiasmenya besar. Saya sendiri sebagai ketua di Yayasan ini juga harus belajar bahasa isyarat.” 

Inisiatif dr. Sawitri sebagai ketua YPK ABK memanglah begitu besar untuk memberdayakan ABK termasuk dengan gangguan pendengaran. Hal ini didasarkan pada kepercayaan beliau bahwa mereka bisa memiliki pendidikan yang maju. Hanya saja memang kekurangan yang dimiliki menjadi sedikit hambatan untuk berkomunikasi dan keterbatasan literasi. Namun, hal tersebut dapat disangkal dengan memberikan fasilitas yang dapat memajukan pendidikan dan literasinya seperti yang dilakukan YPK ABK.

Upaya YPK ABK untuk memberdayakan ABK dengan gangguan pendengaran tidak sampai di WHD 2020 saja. Yayasan yang aktif mengadakan kelas diskusi daring setiap tiga sampai 4 kali seminggu untuk pemberdayaan seluruh ABK ini bekerja sama dengan Juru Bahasa Isyarat DIY. Dari kerja sama tersebut, dihadirkanlah Juru Bahasa Isyarat dalam kelas diskusi demi memahamkan dan memberikan fasilitas kepada ABK dengan gangguan pendengaran. (NAF).

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×