Yuk, Ketahui Penanganan Pendidikan untuk Anak Slow Learner!

Pada Minggu, (15/5/2022) Yayasan Peduli Kasih menggelar kelas diskusi bersama Gardini Oktari. Beliau adalah perempuan dengan slowlearner yang kini berprofesi sebagai Petugas Pijat Anak Berkebutuhan Khusus di RS Permata Pamulang. Slowlearner tidak menghalanginya untuk menempuh pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Dalam perjalanan pendidikannya, mulanya beliau bersekolah di SD umum. Namun setelah mengetahui kemampuan Gardi berbeda dengan teman-temannya dan Gardi memiliki IQ 70, pindahlah ia ke SLBC (SLB untuk tunagrahita).

Kepindahannya dikarenakan sekolah umum pada waktu itu tidak bisa menerimanya dan tidak memiliki tenaga pendidik untuk mendampingi Gardi. Setelah menempuh pendidikan di SLBC hingga SMA, Gardi melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar Indonesia Fakultas Psikologi dan Pendidikan Anak Usia Dini. Atas usaha keras Gardi yang bersemangat menempuh pendidikan, ia pun berbagi bagaimana cara penanganan anak slowlearner di bidang pendidikan. 

Sebelum mengetahui lebih lanjut, mari kita ketahui terlebih dahulu definisi slowlearnerSlowlearner adalah anak yang lambat belajar ditandai dengan IQ 70-89. Lambat belajar ini meliputi daya tangkap pelajaran lambat; kemampuan motorik, verbal, dan non verbal kurang bagus; gagal atau sulit memahami perintah yang bersifat verbal; dan memiliki masalah artikulasi. 

Ciri-ciri tersebut kerap menyebabkan slowlearner memiliki prestasi yang rendah, tidak naik kelas, dan menyelesaikan tugas sering terlambat daripada teman-temannya. Tak jarang slowlearner memiliki self image yang buruk seperti pemalu, pendiam, kurang pede, mudah menyerah, dan acap kali merendahkan dirinya. Namun, ternyata slowlearner tidak hanya memiliki masalah belajar saja. Ia juga kurang mampu mengekspresikan wajah sehingga cenderung menggunakan bahasa tubuh, kemudian sering moody dan mudah cemas. 

Untuk membangun rasa percaya dirinya, anak bisa diikutkan kegiatan seperti olahraga, seni, atau bergabung dengan komunitas yang disuka. Lalu dalam penanganan belajar, berikan anak metode yang menarik. Salah satunya seperti menggunakan praktik atau contoh nyata. Misalnya ketika mengenalkan anak bangun datar dan bangun ruang, maka tunjukkan benda yang benar-benar berbentuk seperti bangun yang dikenalkan.

Kemudian penting untuk memberikan pemahaman dasar dan bukan hafalan. Artinya buat anak paham akan konsep materi yang diberikan terlebih dahulu, bukan membuat ia hafal tetapi tidak paham konsep. Meskipun pada akhirnya anak kurang paham betul konsep yang diberikan, setidaknya tidak membuat anak semakin kesulitan dalam menghafal. 

Untuk meningkatkan kemampuan verbal dan membaca dapat dilakukan dengan banyak cara. Salah satunya ketika anak jalan-jalan bersama orang tua, anak bisa diajak membaca apapun yang ada di jalan. Baik itu nama jalan, nama toko, dan lain-lain. Sedangkan kalau di kelas, anak bisa diminta baca 1 paragraf di depan kelas lalu yang mau maju diberi hadiah.

Metode lain ketika memberikan pembelajaran kepada slowlearner yaitu, gunakan bahasa yang sederhana supaya mudah dipahami, tunjukkan ekspresi yang menonjol dan artikulasi sejelas mungkin, instruksi yang diberikan harus bertahap, serta tidak letih memberikan pengulangan secara terus-menerus. Sedangkan ketika anak moody, tunggu sampai netral dan ajak ia bicara pelan-pelan.

Kemudian tanamkan pada diri anak untuk tidak perlu memaksa bersaing, melainkan bekerja sama untuk mengoptimalkan pembelajaran. Jangan pula merasa aneh jika tidak bisa menjelaskan secara detail atau tidak sesuai ketika berjumpa dengan orang. “Kesalahan tentu dapat terjadi dalam berkomunikasi.” Ucap Gardi.  

Terakhir, hal yang tidak luput untuk terus mau berkembang adalah rasa percaya diri. Gardi mengungkapkan bahwa percaya diri berasal dari energi positif. Maka bangun energi positif dengan afirmasi positif juga. Gardi sering melakukan dengan berbicara pada diri sendiri di hadapan kaca. Contoh sebelum mengisi webinar ini, Gardi berkata kepada diri sendiri, “Hari ini akan baik. Aku pasti mampu presentasi dan menjawab pertanyaan.”

Penulis: Hayah Nisrinaf

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×