Membangun Keluarga ABK yang Saling Menguatkan

Sabtu, 21 Mei 2022 Yayasan Peduli Kasih ABK bekerjasama dengan Harian Surya kembali gelar Webinar dengan topik pembahasan Membangun Keluarga ABK yang Saling Menguatkan. Webinar kali ini menghadirkan seorang narasumber Nihan Werdi Sesulih yakni Orang tua ABK sekaligus founder Taman Bacaan Masyarakat WACAN di Landungsari.

Keluarga merupakan garda paling depan dalam memberikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi Anak berkebutuhan Khusus. Dalam pemaparannya narasumber menuturkan kisahnya memiliki dua anak dengan diagnosis autis.  Pada saat pertama mendapat diagnosis mengenai kondisi anak yang autis tentu saja orang tua mengalami penolakan. Setelah memperoleh berbagai opini akhirnya Nihan dan suami bersepakat bahwa anak mereka harus segera “dibantu”sebelum terlambat memperoleh penanganan. Setelah berdamai dengan keadaan, Nihan dan suami pertama-tama menginformasikan kepada orang tua masing-masing mengenai kondisi anak mereka. Respon yang didapat positif tetapi mereka tidak mampu membantu banyak, akhirnya Nihan dan suami harus berjuang sendiri demi anak. Langkah selanjutnya yang dilakukan yakni pergi ke profesional. Berbagai profesional yang didatangi memberikan saran yang sama yakni anak mereka harus pergi ke sekolah khusus untuk terapi. Setelah memutuskan satu sekolah, Nihan dan suami memiliki kendala yaitu keterbatasan ekonomi. Akhirnya mereka memutuskan mengikutkan anaknya terapi seminggu dua kali sisanya mereka sendiri ikut membantu ABK belajar di rumah sesuai yang diajarkan di sekolah. Berkat hal tersebut anak pertamanya memiliki kemajuan yang pesat.

 Meskipun lingkungan keluarga inti sudah memberi dukungan yang baik tetapi tidak jarang lingkungan sekitar utamanya keluarga besar justru menjadi momok bagi Nihan. Kemudian beliau mengatasinya dengan meminimalkan pertemuan dengan anggota keluarga atau orang-orang yang memberikan energi negatif.

Selanjutnya memasuki kelahiran kedua, Nihan melahirkan anak kembar dengan salah satu anak kembali didiagnosis autis. Karena berpengalaman pada kelahiran anak pertama, Nihan dan suami lebih siap dalam memberikan “bantuan” kepada anaknya. Tetapi meskipun memperoleh treatment yang sama perkembangan antara anak pertama dengan anak kedua berbeda. Dari sini Nihan belajar bahwa setiap kondisi anak autis berbeda, tidak dapat dipaksakan sama.

Seiring berjalannya waktu anak-anak sudah berkembang dengan baik, lalu Nihan mengenalkan anak dengan banyak hal melalui hobi suaminya mulai dari bermain sepak bola hingga memancing. Tujuannya agar anak lebih mengenal banyak hal serta syaraf sensoriknya berkembang. Masalah lainnya yang dialami oleh orang tua ABK yakni mengenai sosialisasi. Sebab tidak semua orang bisa memahami kondisi ABK. Nihan sendiri memiliki saran terkait sosialisasi yakni.

  1. Tetap ikut kegiatan yang diadakan sekitar, dengan catatatan kegiatan mana yang bisa diikuti anaknya menimbang kondisi anak.
  2. Sering membuat story di Whatsapp/sosial media dengan tujuan edukasi kepada orang-orang yang ada disekitar.
  3. Secara rutin mengajak anak-anak keliling lingkungan.
  4. Memprioritaskan kegiatan yang dilakukan diluar rumah

Dari cerita yang sudah disampaikan oleh Nihan, dapat disimpulkan bahwa pertama, saat Tuhan menganugerahkan ABK kepada orang tua Tuhan tahu bahwa orang tua tersebut mampu. Kedua, orang tua harus mengkondisikan keluarga inti, serta lingkungan sekitar agar memahami kondisi ABK. Kegita, orang tua haruslah sabar dan kuat dalam membersamai ABK.

Penulis: Evi Yusfita Rini

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×