Ketahui Berbagai Gangguan Wicara dan Terapinya untuk Anak Down Syndrome

Terapi wicara adalah salah satu disiplin ilmu untuk mengatasi seseorang yang mengalami gangguan wicara. Terapi tersebut sangat dianjurkan untuk dilakukan dan dikonsultasikan dengan terapis wicara berijazah. Dalam kelas diskusi #Akademiability (19/3/2022), Afiyah Latifah, A.Md.TW., S.Psi. Berbagi tentang terapi wicara untuk anak down syndrome. 

Secara umum, terapi wicara digunakan untuk gangguan: (1) bahasa, (2) bicara, (3) suara, (4) irama kelancaran, (5) makan dan menelan. Berikut penjelasan terapi pada tiap-tiap gangguan tersebut.

  1. Gangguan bahasa

Anak dianggap memiliki gangguan bahasa apabila ia diajak bicara belum nyambung. Misalnya, dipanggil belum datang atau diminta duduk tidak paham. Terapi yang dilakukan adalah dengan terus-menerus memberikan instruksi. 

Contoh: Serukan kata, “Ambil baju”. Lalu tuntun tangannya mengambil baju. Ucapkan pula kata “baju” setelah anak memegang baju. 

Maka polanya: Beri instruksi → contohkan dan ucapkan kata yang ada dalam instruksi. Lakukan terus-menerus sampai anak paham. Orang tua juga dapat membuat semua aktivitas di rumah dengan diverbalkan. Ketika memegang benda, sebutkan namanya. 

Dalam pelaksanaannya dapat menggunakan alat bantu seperti mainan-mainan yang merangsang sensorik dan motoriknya. Sehingga seluruh pancaindranya terangsang. Mainan-mainan imitasi hewan dan makanan juga bisa digunakan. Adapula kartu yang berisi gambar benda-benda juga bisa digunakan tapi disarankan untuk anak yang sudah berkembang.

Selanjutnya, perlu diketahui juga bahwa anak down syndrome memiliki masalah kecerdasan. Maka butuh berulang-ulang mengajarinya. Dan setiap anak juga memiliki kemampuan yang berbeda-beda. 

  1. Gangguan bicara

Gangguan ini ditandai dengan bicara anak yang belum jelas. Misal mengatakan “mama”, bibirnya tidak menutup. Artinya dia belum bisa bicara M. Atau misalkan bicara huruf lain tidak jelas seperti S, K, F, dan sebagainya. 

Penanganannya adalah dengan melatih motorik mulutnya. Caranya, buka tutup mulut anak untuk melatih otot mulutnya. Bisa juga dengan kita minta dia mengulangi tiap suku kata. Misal, kata “Baju”. maka ucapkan kata “ba, ba, ba, ba” jika sudah bisa, lanjut “ju, ju, ju” kemudian dilatih mengucapkan 2 suku kata tersebut sekaligus. 

  1. Gangguan makan dan menelan.

Gangguan makan dan menelan ini dapat terjadi pada anak down syndrome karena adanya permasalahan otot. Meski begitu, kasus pada permasalahan ini ternyata jarang ditemukan. 

Pelaksanaanya harus dilakukan dengan pengawasan praktisi atau terapis berijazah karena berkaitan dengan fisiologi. Ditakutkan kalau ada kesalahan dalam treatment, anak bisa tersedak.

  1. Gangguan suara

Gangguan ini ditandai dengan anak yang suaranya sangat pelan. Pelaksanaannya, anak harus dilatih pernapasannya. Alat bantu yang digunakan untuk terapi ini yaitu alat-alat yang dapat ditiup seperti peluit, lembaran kertas, sedotan, dan lain semacamnya. 

  1. Irama kelancaran

Gangguan ini ditandai dengan anak yang berbicara agak lambat, lambat sekali, atau gagap.. Gangguan ini pun cukup jarang ditemukan. 

Untuk penanganan, perlu diketahui penyebabnya. Biasanya karena anak merasa tidak percaya diri, cemas, atau sebab lainnya. Maka pelaksanaan terapi untuk gangguan irama kelancaran ini harus membuat anak rileks. Contohnya diajak bermain dan bernyanyi. 

Nah, sudah tahu kan bagaimana tanda dari setiap gangguan sekaligus pelaksanaan terapinya? Dari 5 gangguan yang dapat diatasi terapi wicara ini, paling penting adalah mengajarkan pemahaman bahasa terlebih dahulu. Dengan begitu anak akan lebih mudah memahami instruksi pada terapi-terapi selanjutnya. Contohnya apakah anak sudah tahu namanya siapa, nama aktivitas sehari-hari, nama benda di sekitar, nama ibu dan ayahnya, mengetahui kalimat perintah, serta kata penting lainnya yang biasa dikatakan untuk instruksi maupun keseharian

Terapi wicara tentu bisa diterapkan di rumah. Justru peran orang tua mendampingi anak adalah yang terpenting. Banyaknya keterlibatan orang tua mendampingi terapi anak akan memberi dampak jauh lebih baik daripada orang tua yang sedikit terlibat. Perlu diperhatikan juga, dalam proses terapi di rumah tetap konsultasikan dengan terapis.

Penulis: Hayah Nisrinaf

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×