Sadari Tanda-tanda ADHD Pada Anak

Para orang tua tentu akan merasa senang jika buah hatinya tumbuh menjadi anak yang aktif dan enerjik sesuai dengan usia perkembangannya. Tetapi orang tua juga perlu menyadari, apakah keaktifan buah hatinya ini masih tergolong normal atau yang termasuk tanda-tanda adanya Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD). ADHD, atau dalam Bahasa Indonesia dikenal sebagai gangguan pemusatan perhatian atau hiperaktivitas (GPPH), merupakan gangguan perilaku yang sering ditemui pada usia anak-anak. Karena itu para orang tua perlu memahami tanda-tanda yang bisa dijadikan sebagai indikator awal adanya gejala ADHD pada diri buah hatinya.

ADHD merupakan gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak yang dapat berlangsung hingga ia beranjak dewasa. Kondisi ini dapat menyebabkan penderitanya cenderung hiperaktif, impulsif, dan sulit memusatkan perhatian. Pada anak-anak, ADHD biasanya muncul ketika dia berusia 3 tahun.

Umumnya, untuk mendiagnosis ADHD, seseorang harus memiliki gejala yang berlangsung lebih dari enam bulan. Gejala tersebut pun harus muncul pada situasi yang berbeda-beda, serta bergantung pada umur dan lingkungan sekitarnya. Ada tiga gejala utama yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi ADHD.

Pertama, gejala hambatan untuk konsentrasi atau inatensi. Gejala ini membuat anak sering terlihat mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian atau tidak bisa fokus. Sehingga memberikan kesan bahwa anak sering terlihat seperti tidak mendengarkan pembicaraan atau arahan orang lain, bahkan ketika diajak berbicara secara langsung. Perhatiannya pun mudah teralihkan dan membuat dirinya kesulitan untuk memanajemen waktu dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Hal ini terjadi karena adanya stimulus secara spontan dari indera masing-masing yang sangat berpengaruh pada daya tahan konsentrasi anak.

Kedua, gejala ketidakmampuan dalam pengendalian diri atau impulsivitas. Pada gejala ini anak akan mengalami kelainan sikap atau ketidakharmonisan antara pikiran dengan tindakannya. Anak akan kesulitan untuk diam di tempat duduknya saat mengikuti suatu kegiatan. Misalnya seperti berbicara terlalu banyak, tiba-tiba memberikan komentar yang tidak sopan, dan melakukan kesalahan yang sama berulang kali meskipun sudah diajari caranya mengerjakan sesuatu. Hal tersebut bisa terjadi karena gejala ini didominasi oleh faktor perasaan atau emosi dalam diri si anak. Selain itu, gejala impulsivitas ini tidak bisa dipisahkan dengan gejala yang ketiga, yaitu gejala hiperaktif.

Pada gejala hiperaktif ini anak akan mengalami aktivitas berupa gerakan motorik berlebihan yang di atas rata-rata aktivitas motorik anak normal sesuai dengan usianya. Mereka terlalu banyak bergerak seperti tak punya rasa lelah, bergerak tanpa punya tujuan yang jelas, bahkan mereka pun akan sangat sulit untuk ditenangkan. Misalnya seperti berlari-lari atau memanjat sesuatu di saat yang tidak tepat, mengetuk-ngetuk tangan ke meja atau kaki ke lantai, menggeliat berulang kali di tempat duduknya atau bahkan sulit untuk diajak duduk.

Anak yang menderita ADHD memang tidak mudah untuk dideteksi atau membedakan perilakunya dengan anak normal. Namun jika anak Anda mengalami gejala-gejala yang sama dengan penjelasan di atas, maka ada baiknya Anda memberikan perhatian khusus padanya. Periksakanlah anak ke dokter dan berkonsultasilah dengan dokter jika anak mulai menunjukkan perilaku yang impulsif, hiperaktif, dan sulit untuk fokus.

(Penulis: Dian Sartika Fajriani)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×