Hindari dan Tangani Bullying Mahasiswa Disabilitas di Kampus

Permasalahan bullying hingga sekarang masih saja kerap terjadi. Terutama bagi para mahasiswa disabilitas, kondisinya yang berbeda acap kali menjadi sasaran empuk pembullyan. Tentu hal tersebut tidak dibenarkan karena sekecil apapun tindakan bully adalah hal yang salah.

Pada kelas diskusi #Akademiability Kamis (3/2/22), Yayasan Peduli Kasih ABK berkesempatan berdiskusi bersama Achmad Kurniawan selaku presiden Swayanaka Indonesia. Kami berdiskusi banyak mulai dari menghindari, menghadapi, menangani, hingga mengapa terjadi bullying terutama bagi mahasiswa difabel di kampus. Seluruh civitas akademik termasuk mahasiswa disabilitas maupun non disabilitas perlu mengetahui bagaimana menghindari dan menangani bullying di kampus. Jadi, yuk langsung simak artikelnya supaya kampus senantiasa menjadi tempat menimba ilmu sekaligus ajang sosialisasi yang nyaman bagi siapa saja.

Saling mengerti satu sama lain. 

Menghindari bullying antara mahasiswa disabilitas dengan non disabilitas yang paling penting adalah bersama-sama saling memahami dan mengerti. Caranya bisa dengan memberi edukasi satu sama lain. disabilitas menyampaikan bahwa ia sama dengan mahasiswa lainnya yang non disabilitas. Bahwa mahasiswa non disabilitas pun juga pasti memiliki kekurangan. Begitupula dengan kemampuan khusus yang disabilitas maupun non disabilitas juga pasti miliki.

Daripada membully atau saling membandingkan satu sama lain, lebih baik bersama-sama untuk membangun komunikasi yang baik. Atau alangkah lebih baik jika dapat berkarya bersama. 

Mengetahui apa yang bisa dikontrol dan tidak bisa dikontrol

Bagi disabilitas yang mendapat bullying, sebenarnya hal tersebut tidak bisa ia kontrol. Namun ia dapat mengontrol dirinya sendiri dengan tidak menggubris orang yang membully. Sebab jika pembully digubris, maka ia akan semakin senang. Sebaliknya, jika ia tidak digubris, ia akan merasa sia-sia dan lelah sendiri atas ulahnya.

Daripada fokus pada bully, lebih baik kita fokus pada diri sendiri untuk terus mengembangkan potensi diri kita. Fokus pada diri sendiri menjadi bagian atas apa yang dapat kita kontrol. 

Menangani mental yang jatuh karena bullying

Mula-mula kita harus mengetahui bahwa setiap diri manusia wajib memiliki harapan, optimisme, dan rasa bahagia. Hal itu bisa menumbuhkan rasa percaya diri dan semangat pada diri manusia, sehingga otomatis menaikkan mental manusia juga. Salah satu cara berpikir optimis ketika mendapati bully adalah dengan menganggap bully sebagai ujian yang bisa membuat kita lebih kuat dan menjadi pribadi yang lebih baik. 

Penanganan mental breakdown ini sejatinya dapat diidentifikasi sejak dini. Bagi para guru, orang tua, atau bahkan psikolog. Ketika mendapati anak yang sedang dibully harus segera diselamatkan. Dengan begitu pemulihan mentalnya akan semakin cepat. Ketahui juga penyebab mentalnya turun, sehingga bisa menghadirkan solusi yang tepat.

Misalnya seorang mahasiswa atau anak yang dibully oleh teman sekelasnya hingga mengalami penurunan mental. Maka pisahkan ia dari teman sekelas tersebut. Atau lakukan tindakan lain bergantung tingkat keparahannya. Jika memerlukan terapi, maka lakukan juga untuk pemulihannya. Terus berikan dukungan kepadanya sampai ia memiliki motivasi dan kepercayaan diri untuk kembali berani berinteraksi dengan sekitarnya.

Penyebab utama bully adalah kurangnya pendidikan karakter keluarga

Orang tua sebagai sekolah pertama anak berperan mengajarkan membedakan antara yang baik dan yang buruk. Orang tua juga berperan mengajarkan pemahaman sopan santun, etika, budi pekerti, dan perilaku. Contoh-contoh untuk berperilaku baik juga harus diajarkan orang tua di rumah, salah satunya dengan perilaku orang tua sendiri.

Apabila orang tua tidak ingin anaknya berbicara kotor maka jangan berbicara kotor–terlebih di hadapan anak. Sebaliknya, jika orang tua ingin anaknya menjadi pribadi yang hangat dan menyayangi sesama manusia, maka orang tua harus menyayangi anak dengan sepenuh hati dan tidak berlaku kasar kepada orang lain. Anak-anak sejatinya terlahir dengan baik. Sedangkan kebencian adalah hal yang diajarkan. 

Itulah cara menghindari dan menangani bullying mahasiswa disabilitas di kampus. Bagi mahasiswa yang tidak mendapatkan bully, ia berperan untuk mengedukasi masyarakat. Bahwa bullying merupakan hal yang benar-benar buruk dan tidak ada untungnya. Mahasiswa tersebut juga dapat membantu mahasiswa yang dibully untuk melakukan pengaduan. 

Sedangkan bagi mahasiswa yang dibully, harus mendapatkan edukasi bahwa bully dalam bentuk apapun tidak dapat dibenarkan. Ia juga memiliki hak untuk tidak dibully dan melapor kepada yang berwenang. Laporan mereka pun harus dipedulikan. Sebab sekecil apapun perlakuan bully yang didapatkan dapat berdampak kecil sampai besar bagi mereka yang dibully. 

Penulis: Hayah Nisrinaf

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×