Kiat Memberikan Pendidikan Terbaik untuk Anak Melalui Konsep Home Schooling

Banyak orang yang kurang tepat memahami arti home schooling. Pada kelas diskusi #Akademiability (23/1/22) Drs. Lukman Hakim Firdausy sebagai kreator Sekolah Dolan (home schooling di Malang) mengartikan bahwa, “Home schooling pada dasarnya adalah orang tua yang melakukan suatu proses kegiatan belajar.” 

Definisi tersebut menandakan bahwa orang tua memiliki peran utama dalam pendidikan anak. Definisi dari home schooling tidak hanya diterapkan bagi orang tua yang menyekolahkan anaknya di home schooling. Melainkan juga dapat diaplikasikan untuk seluruh orang tua yang ingin anaknya menempuh pendidikan dengan baik. Apa saja yang harus diketahui dan dilakukan orang tua supaya dapat memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak? Yuk, simak artikel ini sampai habis.

Ketahui potensi anak
Salah satu cara mengetahui potensi atau minat bakat anak adalah dengan psikotes. Sayangnya, terkadang setelah melakukan tes tersebut, orang tua maupun anak merasa tidak cocok. Atau hasil yang diberikan masih belum gamblang. 

Sebab dari hasil yang seperti itu salah satunya karena anak yang belum banyak melakukan aktivitas, sehingga ia belum paham betul apa yang disenanginya. Solusinya, jauh sebelum orang tua memilih jalur psikotes, anak harus mencoba banyak aktivitas terlebih dahulu. Dengan begitu, anak lebih mudah memahami dirinya dan tidak kebingungan saat mengerjakan psikotes. Hasil tes pun bisa maksimal dan kelihatan secara tepat apa yang anak butuhkan. 

Memilih pendidikan yang tepat untuk anak
Setelah mengetahui potensi anak, orang tua dan anak bisa memahami apa yang dibutuhkan anak. Dalam pendidikan, terdapat pendidikan formal dan nonformal. Orang tua harus memahami keduanya, kemudian sinkronkan dengan kebutuhan anak. 

Dalam konsep home schooling, ada yang namanya personal kurikulum. Artinya, pemilik kurikulum anak adalah orang tuanya sendiri. Orang tua menyusun kurikulum untuk anak, mulai dari apa saja yang dipelajari dan kapan, bagaimana, serta di mana anak belajar. Tentu tetap jaga komunikasi dengan anak, karena ia yang akan menjalani proses pendidikan tersebut. 

Jangan sampai anak berada di sekolah yang membuatnya kecewa karena tidak diapresiasi sekolah. Contohnya sekolah formal yang terkadang cenderung hanya mengapresiasi anak-anak yang pintar di matematika, olimpiade, dan kemampuan akademik lainnya. Sedangkan anak yang berbakat di bidang lainnya tidak mendapat apresiasi. Padahal besar dalam lubuk hati anak ingin mendapatkan apresiasi dari kemampuan yang ia miliki. Namun, jika anak memang nyaman berada di sekolah formal maka lanjutkan saja.

Bagaimana dengan orang tua yang bekerja?
Bekerja sudah menjadi hal wajib bagi orang tua. Entah salah satu atau keduanya. Sebelumnya disebutkan bahwa orang tua dapat berperan menyusun kurikulum anak. Namun bukan berarti orang tua yang harus mengajarkan seluruhnya kepada anak. Orang tua dapat mencarikan anak tutor, komunitas, ataupun mentor-mentor pemberi layanan pendidikan yang anak butuhkan.

Meskipun bekerja, jangan lupa tetap meluangkan waktu untuk anak. Misalnya sekadar mengevaluasi proses belajar anak dengan menanyakan hasil dari yang ia pelajari: “Apa saja yang dipelajari hari ini?” “Apa yang dapat diaplikasikan di kehidupan sehari-hari?” “Apakah kamu menikmati proses belajarnya?”

Nah, itulah kiat memberikan pendidikan terbaik untuk anak melalui konsep home schooling. Gimana nih, para orang tua? Sudah siap berproses bersama anak? Ingat, anak memiliki hak untuk menempuh pendidikan dan orang tua berperan memberikan fasilitas. Biarkan anak memilih dan dukung selalu potensinya.

Penulis: Hayah Nisrinaf

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×