Menerima ABK dengan Filosofi: “ABK Adalah Guru Sejati Bagi Orang Tua”

“ABK adalah guru sejati bagi orang tua.” Itulah filosofi ABK yang diungkapkan Tetty Agus Tina, Cht,Nnlp,Graphologist. Maksud dari filosofi tersebut, ketika kita orang tua dikaruniai ABK artinya sudah menjadi wujud sayang Tuhan kepada kita. ABK bukan produk Tuhan yang gagal, karena di mata Tuhan kita adalah makhluk yang istimewa. Oleh karena itu, kita diberi anak yang istimewa juga. Kita jadi banyak belajar dari ABK. Mulai dari belajar sabar dan ikhlas menerima kondisi mereka, hingga belajar bagaimana membuat anak-anak kita sukses dengan cara mereka sendiri. 

Pada kelas diskusi Rabu, (22/12/21) Bu Tetty menjadi narasumber di kelas diskusi #Akademiability. Pendiri SLB Insani Tunas Mandiri, Sidoarjo tersebut berbagi banyak hal. Mulai dari perjuangannya menerima anaknya yang ABK, latar belakang beliau mendirikan SLB, hingga tips-tips dan motivasi untuk para orang tua ABK. 

Motivasi Bu Tetty mendirikan SLB adalah ingin ABK tercukupi pendidikannya. Beliau yakin bahwa ABK memiliki hak yang sama dengan anak umum. Selain itu, Bu Tetty ingin ABK memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan untuk dapat diterima di masyarakat. Oleh karenanya, kita harus memaksimalkan potensi dari dalam diri ABK termasuk melalui pendidikan dan menemukan talenta ABK. 

Menemukan talenta ABK

Bu Tetty sendiri memiliki ABK bernama Laras (21). Sejak lulus SMA atau sekitar 2 tahun lalu, Laras turut bergabung mengajar di sekolah yang didirikan Bu Tetty. Laras mengajar calistung untuk anak TK atau ABK yang belum bisa kemampuan tersebut. Selain memiliki kemampuan mengajar, Laras juga jago dalam memainkan biola. Tentu talenta tersebut tidak serta-merta hadir dalam dirinya. Terdapat perjuangan Bu Tetty yang patut diapresiasi menemukan dan mengembangkan talenta Laras. 

Seperti filosofi ABK yang diungkapkan sebelumnya. Memiliki ABK juga mengharuskan kita belajar mengenal kondisi anak, apa yang disukai anak, dan apa yang tidak disukai anak. Semua itu harus diketahui betul oleh kita sebagai orang tuanya. Bagi Bu Tetty, awalnya mencoba apa saja yang membuat Laras nyaman secara lama. Bu Tetty mencobakan melukis, kemudian Laras bosan. Lalu mencobakan fashion, sempat pernah menjadi juara di suatu ajang kompetisi. Tetapi kemudian Laras tidak mau lagi karena malu. Sampai akhirnya Bu Tetty mencobakan musik pada saat Laras umur 7 tahun.

Proses menemukan kegemaran Laras di musik tentu melalui berbagai eksplorasi. Nah, bagi para orang tua jika memiliki ABK jangan malu untuk mengeksplornya. Bu Tetty ketika bertemu teman, beliau mencoba untuk bercerita kalau anaknya ABK. Sampai suatu ketika bertemu teman yang memiliki studio musik. Bu Tetty mengajak Laras ke studio musik tersebut. Kemudian Laras memilih alat musik yang tergantung di tembok, yaitu biola. Dari situlah Bu Tetty mulai mencarikan guru biola untuk Laras. Dan sekarang Laras jago memainkan biola.

Tips menerima kondisi ABK

Bu Tetty memberikan 3 tips sederhana tetapi ampuh supaya orang tua dapat menerima anaknya yang ABK: 

(1) Mengubah mindset dan pola pikir. Mulanya Bu Tetty juga seperti orang tua lainnya yang menganggap Laras itu ABK. Namun kemudian Bu tetty mengubah pola pikir menjadi: Laras adalah karunia terindah untuk keluarga. 

(2) Menerima dengan ikhlas apapun kondisi anak kita. Dengan keikhlasan kita harus yakin dan optimis kalau Tuhan selalu bersama kita. 

(3) Kita harus memberikan kesempatan untuk ABK. Dengan memberi kesempatan, maka kita sekaligus memberi tahu bahwa mereka itu bisa. 

Kita yang bertanggung jawab terhadap masa depan anak-anak. Kita harus tetap semangat dan berjuang demi mereka.  Kalau tidak sekarang kapan lagi. Kalau bukan kita, siapa lagi. 

Penulis: Hayah Nisrinaf

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×