Perjuangan Ibu Prima Mendidik Disabilitas Netra, Berbagi Tips untuk Para Orang Tua Disabilitas

Primaningrum Arinarresmi, seorang Edukator Komunitas Prematur Indonesia memiliki anak kembar yang kini berumur 16 tahun. Mereka  bernama Alifah dan Balqis. Salah satu dari mereka, yaitu Balqis adalah disabilitas netra. Meskipun disabilitas netra, Balqis sekolah menengah di sekolah negeri bersama anak umum. Atas didikan Bu Prima, akademik Balqis tergolong baik. Oleh karena itu, beliau berbagi kisah dan tips untuk para orang tua disabilitas. Beliau berbagi pada kelas diskusi #Akademiability Rabu, (8/12/21). Jadi, yuk simak kisah dan tips dari Bu Prima.

Mempersiapkan pendidikan

Dalam mempersiapkan pendidikan Balqis, Bu Prima mula-mula melakukan tes untuk mengetahui kategori Balqis dalam menempuh pendidikan kelak. Bu Prima menyebutkan bahwa ABK memiliki 3 kategori: (1) mampu diri, (2) mampu latih, dan (3) mampu rawat. Balqis masuk kategori mampu didik. Yang artinya secara intelektual tidak ada hambatan. Maka Bu Prima bertekad untuk memaksimalkan akademisnya. 

Berdasarkan kategori tersebut, setiap orang tua harus mengetahui anaknya masuk ke dalam kategori apa. Selanjutnya orang tua dapat memproses lebih lanjut dengan memaksimalkan kemampuan ABK. Contoh jika kategori latih, maka orang tua dapat memaksimalkan talenta yang ada. Misalnya kerajinan tangan, menulis, melukis, bernyanyi, dan talenta lainnya. 

Usai mengetahui kategori Balqis, Bu Prima pada waktu itu juga melakukan banyak survei untuk menemukan sekolah yang tepat. Akhirnya, TK dan SD Balqis berada di SLB. Pada kelas 5 SD, Balqis melakukan tes psikologi untuk menentukan pendidikan yang ditempuhnya kemudian. Hasil menyatakan bahwa saat SMP dan SMA nanti Balqis dapat berada di sekolah umum. Oleh karenanya, di kelas 6 SD Balqis melakukan persiapan menuju sekolah umum. Dan sampai saat ini Balqis berada di SMAN 78 Jakarta Barat. 

Hambatan yang dialami. 

Mencarikan sekolah untuk ABK menjadi menjadi PR tersendiri bagi orang tua yang ingin anaknya mendapatkan pendidikan optimal. Terlebih pada saat Bu Prima akan menyekolahkan Balqis di sekolah umum, Bu Prima melakukan banyak sekali survei. Namun, kendala sesungguhnya adalah ketika berada di sekolah. Seolah sekolah menolak halus kehadiran ABK. Jadi orang tualah yang harus lebih berjuang dan berkomunikasi dengan pihak sekolah. Bahwa orang tua tidak akan lepas tangan kepada sekolah. Kalau orang tua lepas tangan, justru membuat sekolah ragu dan kedepannya susah untuk menerima ABK lagi. 

Konsisten membersamai anak

Bagi para orang tua yang sangat sibuk, mengalokasikan waktu untuk anak adalah hal yang tidak boleh dilewatkan. Dari 24 jam, coba alokasikan waktu untuk anak paling tidak 10  menit jika orang tua benar-benar sibuk. Dari 10 menit tersebut orang tua dan anak bisa mengobrol dan melatih kemampuan anak. Lakukan dengan rutin, karena seberapapun waktu yang diluangkan akan sangat berharga bagi tumbuh kembang anak. Lalu waktu tersebut bisa ditambah menjadi 15 menit, 20 menit, dan seterusnya dapat disesuaikan.

Bu Prima sendiri merupakan orang tua yang cukup sibuk. Beliau memanfaatkan minimal 15 menit sehari untuk ngobrol dengan anak-anaknya. Contoh yang dilakukan dengan Balqis, Bu Prima bertanya: “Seharian Balqis sudah melakukan apa saja?” kemudian Balqis akan bercerita. Namun jika anak belum bisa menjawab, orang tua bisa menuntunnya.

Contoh lain, dapat dengan mengajak anak baca buku. Coba terlebih dahulu minimal 1 halaman atau 1 paragraf. Kemudian ditanyakan apa yang anak baca supaya anak menyampaikan apa yang ia baca. Selanjutnya, coba minta anak menuliskan pemahamannya atau dari apa yang ia ucapkan. Tidak perlu muluk-muluk. Cukup 1 sampai 2 kalimat atau semampu anak. Langkah tersebut bisa dilakukan secara kontinu.  

Selain itu, orang tua juga dapat melakukan berbagai aktivitas lain bersama anak yang memiliki nilai fungsi. Misalnya makan bersama anak dan biarkan anak makan sendiri. Lalu mencuci piring bersama anak, sehingga motorik halus anak juga terlatih. 

Dengan konsisten membersamai anak, orang tua akan mampu menilai karakter anak. Orang tua juga dapat mengetahui kebutuhan dan perkembangan anak. 

Penulis: Hayah Nisrinaf

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×