Menjadi Seorang Ibu Itu Harus Sabar dan Ikhlas

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa peran orang tua sangat berpengaruh besar dalam tumbuh kembang anak-anak, terutama peran seorang ibu. Ibu adalah pendidik pertama bagi anak-anaknya sebelum mereka mulai berbaur di masyarakat. Karena itu di moment Hari Ibu kali ini, Yayasan Peduli Kasih Anak Berkebutuhan Khusus bersama dengan Cicik Juliana,  salah satu orang tua murid kami, akan mencoba untuk mengulik seberapa besar peran ibu bagi anak-anaknya, khususnya anak-anak dengan kebutuhan khusus. Langsung aja yuk simak sesi Q & A berikut ini!

Q : Assalamu’alaikum ibu. Alhamdulillah kali ini kita berkesempatan untuk sharing ya bu. Oh iya bu, bisa tolong ibu perkenalkan diri dulu sebelum kita memulai sharing kita di kesempatan kali ini?

A : Wa ‘alaikumsalam. Baik, perkenalkan nama saya Cicik Juliana, usia 38 tahun. Saat ini saya dan keluarga tinggal di daerah Wonorejo, Surabaya. Saya ibu dari 2 orang anak, dan anak pertama saya, Nandiefta Juliarti, adalah anak yang special (anak berkebutuhan khusus).

Q : Apa kesibukan atau kegiatan ibu sehari-hari?

A : Saya seorang ibu rumah tangga, dan sambil merawat kedua anak saya, saya buka usaha kecil dengan berjualan pudding.

Q : Kapan ibu mulai menyadari jika anak pertama ibu itu special dan memiliki kebutuhan khusus?

A : Saya mulai menyadari kalau anak saya memiliki kebutuhan khusus saat dia menginjak kelas VI di Sekolah Dasar.

Q : Bagaimana perasaan ibu saat mengetahuinya, dan seperti apa respon keluarga (suami dan orang tua) saat mengetahui jika anak ibu berkebutuhan khusus?

A : Pertama saya sempat kaget waktu tahu kondisi anak saya. Tapi sebagai ibu, saya harus bisa menerima anak saya dan harus bisa mengarahkan dia. Saya langsung membawanya ke psikiater dan berkonsultasi supaya bisa membantu anak saya. Untuk respon dari keluarga, selama ini sangat baik. Mereka bisa membantu dan mendukung saya sebagai ibu yang memiliki anak istimewa. Bahkan suami saya juga bisa menerima kondisi anak dan sama-sama berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk anak kami.

Q : Apakah ibu pernah mengalami kendala dalam mendidik atau mengasuh anak ibu yang berkebutuhan khusus? Bisa dijelaskan seperti apa kendala yang ibu dihadapi?

A : Iya, ada kendala yang saya hadapi. Kendala dalam pengasuhan anak saya yang scizofernia ini lebih ke gangguan secara emosi. Jadi saya perlu menghadapi dengan sangat sabar, karena anak saya cenderung sensitive dan gampang tersinggung. Kalau dia sampai marah, saya kesulitan untuk mengendalikannya. Selain itu dia juga gampang putus asa saat mengerjakan sesuatu, mudah menyerah, jadi tidak bisa tuntas. Di sini saya harus benar-benar memberinya motivasi sampai dia selesai mengerjakan hal tersebut.

Q : Apakah ada perbedaan dalam mendidik anak ibu yang berkebutuhan khusus dengan yang tidak? Bisa dijelaskan perbedaannya dari segi apa?

A : Ada. Perbedaannya, kalau anak saya yang berkebutuhan khusus itu saya perlu mengulang-ulang perintah agar dia mau melakukan tindakan atau pekerjaan tertentu. Saya juga harus menggunakan kata-kata yang baik, nada yang baik, karena kalau intonasi suara saya agak keras, dia kiranya saya membentak dan memarahi. Sedangkan adiknya yang tidak berkebutuhan khusus, untuk memintanya melakukan sesuatu memang tidak perlu diulang-ulang karena dia sudah paham perintahnya, hanya saja kadang dia agak cuek, jadi kalau saya tidak menggunakan intonasi suara yang keras, kadang dia tidak tergerak untuk melakukannya.

Q : Bagaimana hubungan antara anak ibu yang berkebutuhan khusus dengan adiknya? Apakah ibu juga memberikan pengertian ke dia kalau kakaknya memiliki kebutuhan khusus?

A : Hubungan anak saya yang berkebutuhan khusus sama adiknya memang kurang harmonis, jadi sering bertengkar. Walaupun saya sudah mencoba memberikan pengertian tentang kondisi kakaknya, tapi karena memang watak mereka berdua berbeda ya, jadi tetap saja bertengkar. Kalau si kakak ini lebih sensitif, sedangkan adik tipe yang suka menggoda, usil.

Q : Apa saja yang sudah ibu lakukan atau korbankan selama mengasuh anak-anak ibu, terutama bagi anak ibu yang berkebutuhan khusus?

A : Saya berusaha yang terbaik untuk anak-anak saya. Karena itu pada saat si kakak mengalami ganguan scizofrenia, yang kali pertama saya korbankan adalah pekerjaan saya. Saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan yang sudah saya jalani selama 17 tahun. Dari situ saya banyak menemukan kekurangan saya sebagai ibu dan pengorbanan itu saya lakukan untuk kebaikan anak-anak saya.

Q : Siapa sosok yang selalu memberikan dukungan dan motivasi agar ibu selalu sabar dan telaten dalam mengurus anak-anak?

A : Kakak-kakak saya adalah orang yang selalu memberi dukungan pada saya agar bisa menjadi ibu yang sabar dan telaten dalam mengurus anak-anak.

Q : Apa yang ibu harapkan dari anak-anak ibu, khususnya anak ibu yang berkebutuhan khusus?

A : Harapan saya, anak-anak saya nantinya bisa mandiri dan memiliki keterampilan, terutama kakak punya kebutuhan khusus ini, sehingga bisa mereka gunakan untuk bekal masa depannya.

Q : Pertanyaan terakhir ya bu. Kita kan kemarin sudah memperingati Hari Ibu, apakah ada pesan-pesan untuk para ibu di luar sana yang saat ini juga Allah berikan amanah untuk mengasuh anak berkebutuhan khusus?

A : Jadilah ibu yang bisa menerima anak dalam kondisi apapun, dan sebagai ibu kita tidak boleh pesimis untuk masa depan anak-anak special kita. Terus berikan support dan selalu membersamai mereka, maka Allah pasti akan memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita. Dan yang terpenting adalah kita harus selalu ikhlas dan bersyukur atas apa yang Allah berikan.

Q : Baik, terima kasih ibu atas kesempatannya untuk sharing pada kami. Semoga sharing kali ini bisa memberikan motivasi bagi orang banyak.

(Penulis: Dian Sartika Fajriani)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×