3 Tahapan untuk Membangun dan Menjaga Kedekatan Emosi Saudara ABK

Bagi orang tua yang memiliki anak ABK sekaligus tidak ABK, hendaknya mengajarkan bagaimana seluruh anaknya dapat memiliki kedekatan emosi yang baik antara satu sama lain. Sementara itu, sebetulnya bagian tersulit dari orang tua ABK adalah bagaimana bisa membina dan mengharmonisasikan hubungan dengan keluarga inti. 

Jika sudah banyak sekali pembahasan perihal tips orang tua dalam merawat ABK tanpa melibatkan saudara kandungnya. Maka kali ini dalam kelas diskusi Minggu (10/10/2021), Bu Sondang Intan Sihombing sebagai narasumber memaparkan bagaimana supaya ABK dan saudara kandungnya dapat memiliki kedekatan emosional yang baik. Berikut 3 tahapan yang harus diperhatikan:

  1. Masa kecil atau kanak-kanak

Saudara ABK dan ABK harus dididik sejak dini dengan cara membiasakan mereka sering bersama-sama. Manfaat dari pembiasaan ini dapat dirasakan oleh kedua belah pihak. Di antaranya supaya saudara ABK memahami dengan kondisi saudaranya, mengerti setiap maksud saudaranya, dan terbiasa dengan saudaranya sendiri. Di samping itu, kebersamaan mereka juga akan membuat keduanya (terutama saudara ABK) merasa orang tua memperlakukan semua anaknya sama rata.  

Dengan menciptakan bonding sejak dini inilah, orang tua di kemudian hari tidak perlu kewalahan menjelaskan kepada saudara ABK bahwa ia memiliki saudara yang berbeda. Meskipun ada kalanya mereka tidak bersama, seperti pada saat sekolah. Ketika saudara ABK mengerti saudaranya pergi ke sekolah berbeda dan pergi untuk terapis, ia dapat semakin memahami kondisi saudaranya dan tidak perlu merasa diperlakukan berbeda dengan orang tua. 

  1. Masa Remaja. 

Ketika sudah melewati masa kecil dengan baik, remaja tidak akan kesusahan dalam menerima saudaranya yang ABK. Meskipun pada tahap ini, masa pertengkaran lebih sering terjadi. Cara mengatasinya tentu dengan mencari tahu muasal dari pertengkaran tersebut. Bagian paling penting, yaitu jangan meminta saudara ABK untuk selalu mengalah apabila ia tidak salah. Orang tua yang baik adalah yang menyikapi setiap anak secara netral. Contoh didikan yang hangat seperti membuat mereka saling mengerti satu sama lain dan tidak segan apabila ingin minta maaf atas kesalahan yang dilakukan. 

Disarankan juga kepada orang tua, supaya tidak terlalu menuntut ketat saudara ABK untuk selalu berkontribusi menjaga ABK. Biarlah ia menjaga dengan kemauan sendiri dan bukan karena paksaan. Hal ini akan memberikannya ketulusan ketika menjaga ABK. Kemauan tersebut salah satunya timbul dari didikan orang tua yang membiasakan mereka untuk selalu bersama (seperti pada poin pertama). 

  1. Masa Dewasa

Bonding akan lebih kuat saat sudah melewati masa kanak-kanak dan masa remaja seperti penjelasan pada poin sebelumnya. Ketika dewasa, saudara ABK dan ABK kerap berpisah. Baik karena pekerjaan, status perkawinan, pendidikan, dan lain sebagainya. Maka antar saudara sangat disarankan untuk sering menghubungi ketika sedang berjauhan. Sesimpel menanyakan kabar, menanyakan keseharian, atau pengalaman. Tetap mempererat hubungan meski dalam jarak jauh akan menjaga bonding yang sudah dibangun sejak kecil. 

Poin penting pada tahap dewasa ini apabila saudara ABK akan atau sudah menikah. Artinya sudah menjadi tugasnya untuk memberi pemahaman kepada pasangannya. Pernikahan bukan menjadi penghalang bagi mereka untuk tetap akrab. Saudara ABK harus tetap menghubungi dan memberi perlindungan dengan cara apapun.  

Itulah tiga tahap membangun kedekatan emosi yang baik antara ABK dengan saudaranya yang bukan ABK. Jika ketiga tahap tersebut tampaknya sangat bergantung pada usia anak, tidak perlu risau apabila Anda merasa terlambat apabila ingin membangun kedekatan emosi anak Anda. Tidak ada keterlambatan dalam mendidik anak. Anda dapat memulainya tetap dari tahap pertama dan diikuti tahap-tahap selanjutnya. Tahap paling utama adalah bagaimana anak dapat menerima saudaranya yang ABK, dapat memahaminya dengan baik, dan turut menjaganya dengan tulus. Disusul dengan tahap paling penting yaitu bagaimana harmonisasi dan kedekatan emosional tersebut tetap terjaga. 

“Untuk mencapai harmonisasi antara ABK dan saudaranya, akan ada banyak hal yang memengaruhi pemahaman saudara kandung. Orang tua tetap harus konsisten dan sabar dalam melatih mereka pada kehidupan sehari-hari.” Pungkas Bu Sondang.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×