Tiga Tips Mengatur Keuangan untuk Masa Depan ABK

Dewantara Dewo, seorang dengan latar belakang psikologi yang bekerja di perusahaan berkaitan dengan keuangan dan investasi ini memberikan edukasi terkait mengatur keuangan kepada para orang tua ABK pada kelas diskusi #Akademiability (22/08.2021). Berbicara mengenai pengaturan keuangan, tentu tidak hanya membahas perencanaan keuangan saja. Namun, bagaimana uang tersebut dialokasikan dan diinvestasikan. Maka, artikel ini akan menyajikan pemaparan Pak Dewantara dengan maksud membantu para orang tua ABK dalam mengatur keuangan.

  1. Perencanaan Keuangan

Dalam perencanaan keuangan, terdapat 4 bab yang harus diketahui dan dipraktikkan. Pertama, sharing yang berarti berbagi atau segala sesuatu untuk menyumbang kepada orang lain. Kedua, securing yang berarti menyumbang risiko atau yang biasa dikenal sebagai asuransi. Ketiga, saving yang berarti menyimpan untuk menabung atau menambah keuangan. Keempat, spending yang berarti membelanjakan keuangan. 

Dari empat bab tersebut, urutan pertama sampai keempat akan menjadi cara untuk mengelompokkan keuangan. Sayangnya, sebagian masyarakat Indonesia menggunakan urutan keempat (spending) sebagai yang pertama. Barulah kemudian sharing menjadi tindakan terakhir, bahkan hanya kalau ada dana sisa atau ketika sempat saja. Cara yang terbalik tersebut kurang tepat, karena akan berpengaruh untuk masa depan dan bahkan saat paruh baya nantinya. 

Selain mengurutkan spending adalah yang terakhir dan sharing adalah yang pertama, perlu diperhatikan juga bahwa saving harus memiliki nilai yang lebih tinggi daripada spending. Setelah itu diikuti dengan sharing dan securing. Dalam mengatur spending, perlu dipahami antara kebutuhan dan keinginan. Terlebih ketika sudah berkeluarga, kebutuhan pokok menjadi yang utama. Untuk lebih jelasnya, berikut rincian yang dapat menjadi panduan ketika merencanakan keuangan.

 

  1. Manfaatkan Keuangan untuk Kesehatan dan Pendidikan Anak

Bagi orang tua yang memiliki ABK, tentu cenderung memiliki kebutuhan yang berbeda dengan orang tua pada umumnya. Kebutuhan ABK cenderung lebih banyak dan orang tua harus menyadarinya. Maka, orang tua ABK dapat mengatur spending secermat mungkin. Dalam securing, ABK sangat dianjurkan untuk terdaftar dalam BPJS Kesehatan. Jika diperlukan dapat pula mendaftarkan asuransi kesehatan bagi ABK. 

Selanjutnya, pendidikan untuk ABK juga merupakan hal yang tidak kalah penting. Pendidikan di sini bukan hanya akademik, tetapi lebih ditujukan untuk kemampuan non akademik. Upaya memberikan pendidikan non akademik tersebut akan menjadi investasi pendidikan untuk anak. Sebab kemampuan non akademik bagi ABK lebih berpeluang memiliki nilai jual. Baik itu berupa barang atau jasa.

  1. Saran Investasi untuk Orang Tua ABK

Sebuah tantangan juga bagi para orang tua ABK adalah memiliki dana yang konsisten. Jangan sampai dana yang dibutuhkan hilang atau jumlahnya sedikit. Dapat diartikan pula, kebutuhan yang konsisten harus memiliki risiko yang dapat diatur. Jika ingin hasil besar, maka kemungkinan risiko juga besar. Maka Pak Dewantara menyarankan kepada para orang tua ABK untuk investasi dalam bentuk reksadana pasar uang atau membeli surat berharga dalam bentuk Obligasi Ritel Indonesia (ORI – berbentuk konvensional) atau Sukuk Ritel Indonesia (berbentuk syariah). 

Dengan memiliki investasi tersebut, dalam satu tahun bisa mendapatkan hasil 5,1% keuntungan dan akan diberikan perbulan secara berkala. Investasi yang disebutkan Pak Dewantara tersebut, juga memiliki kepastian dan risikonya terjaga.

Itulah ketiga tips yang sangat dianjurkan kepada orang tua ABK untuk mengatur keuangan demi masa depan ABK. Mengelola keuangan secermat dan sedini mungkin akan berguna bagi masa depan orang tua. Tidak hanya orang tua tentunya, masa depan anak pun dapat lebih terjamin jika orang tua telah mengatur keuangan dengan baik. (NAF).

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×