Tips dan Manfaat Katarsis dengan Menulis Diari untuk ABK

Setiap manusia tentu memiliki masalah dalam kehidupannya. Masalah memang hadir untuk membuat manusia semakin hebat. Manusia akan mengatur cara untuk membuat masalah tersebut tidak semakin panjang dan berlarut-larut. Supaya masalah tidak semakin memburuk. Salah satu cara ampuh untuk menyelesaikan masalah adalah dengan melakukan katarsis.

“Katarsis adalah cara yang kita lakukan untuk bisa merilis atau melepaskan beban emosi yang ada dalam diri kita.” begitulah definisi yang diungkapkan oleh Sofie Beatrix, penulis buku-buku psikologi dan Founder Kampoong Hening. Sofie menyampaikannya pada kelas diskusi #Akademiability Kamis (29/07/2021) yang mengangkat tema “Katarsis dengan Menulis Diari”. Sesuai dengan tema yang diangkat, Beatrix memberikan teknik menulis diari yang dapat melepaskan beban pada diri manusia. Utamanya untuk ABK yang kerap merasa kesulitan dalam menulis diari, kendati sekadar meluapkan emosi. Berikut cara yang dapat dilakukan untuk melakukan katarsis dengan menulis diari. 

Cara pertama, menuliskan segala emosi. Entah itu menulis yang baik, buruk, kasar, atau apapun. Cara ini memberikan peluang bagi manusia untuk mampu merilis emosinya.  Proses ini tidak perlu menunggu tenang atau memiliki mood untuk menulis. Jika emosi tersebut sebetulnya adalah emosi negatif, maka katarsiskan dengan menulis diari dapat memberikan energi positif. Begitulah katarsis bekerja. Setelah proses menulis dengan merilis segala emosi, tulisan tersebut dianjurkan untuk tidak disimpan. Dapat dibakar, dibuang, atau disobek. Upaya tersebut dapat mengurangi potensi emosi negatif kembali di masa yang akan datang.

Cara kedua, menerima dan memaknai. Proses menulis ini dilakukan saat seseorang merasa tenang. Arti dari cara kedua adalah menyimpan tulisan kemudian mengambil hikmah atau makna dari tulisan tersebut. Berbeda dengan proses yang pertama, tulisan dalam proses ini dapat disimpan untuk memberikan motivasi di kemudian hari. 

Cara ketiga, bersyukur. Menuliskan apa saja yang disyukuri akan sangat memberikan energi positif pada diri manusia. Supaya rutin, dapat dibuatkan jurnal syukur. Yaitu menuliskan apa saja yang disyukuri setiap harinya. Sekecil apapun rasa syukur, akan sangat berpengaruh untuk memberikan energi positif. Begitupula jika rasa syukur tersebut adalah hal besar, maka dapat memberikan motivasi untuk hari-hari selanjutnya.

Untuk ABK, sebetulnya dapat melakukan katarsis apa saya yang penting bisa melepaskan emosi. Meskipun hanya mencoret-coret, menggambar, juga sudah bisa menjadi katarsis. Jika belum bisa dengan tiga cara sebelumnya, orang tua juga dapat mengajarkan anak untuk katarsis dengan menulis diari. 

Caranya adalah orang tua menuntut anak bercerita perkalimat. Teknik ini dalam psikologis disebut dengan mutual story. Orang tua dapat menerapkannya secara perlahan bertanya kepada anak dengan satu pertanyaan. Kemudian pertanyaan tersebut dijawab oleh anak, sehingga terbentuklah satu kalimat. Barulah kalimat tersebut dituliskan, lalu dilanjut dengan pertanyaan berikutnya yang dapat berkaitan dengan pertanyaan sebelumnya. Kembali anak menjawab dan menulis. Begitu seterusnya sampai terbentuk cerita atau diari pada sebuat kegiatan, keseharian atau apapun yang ingin dituliskan.

Disadari atau tidak, menulis adalah kegiatan yang merangsang manusia untuk mampu berpikir secara sistematis dan kreatif. Ketika ABK melakukan katarsis dengan menulis diari seperti cara yang dipaparkan sebelumnya, kemungkinan untuk membebani orang lain akan sangat minim. Begitupula beban untuk dirinya sendiri karena telah merilis emosinya. Luka batin yang dipendam pun jika tidak dikatarsis, yang mulanya berskala 10 dapat menjadi skala 100 di beberapa waktu kemudian. Beatrix pun menganjurkan supaya katarsis dilakukan setiap hari, utamanya katarsis dengan menulis diari yang cukup mudah dilakukan. Dengan menulis, emosi tidak terpendam apalagi meledak-ledak. (NAF).

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×