Bedah Kreasi ABK Bersama Nathan Santoso

Abdillah Irsyadi Dedaat atau kerap disapa Irish (13) adalah anak binaan Yayasan Peduli Kasih ABK yang gemar melukis sejak dua tahun terakhir. Kemampuan melukisanya tidak hanya menorehkan lukisan di atas kertas sebagai pajangan, tetapi juga menjadikan lukisannya sebagai penghias kaleng bekas untuk dijadikan celengan atau tempat pensil. Selain itu, Irish juga melukis untuk dikreasikan menjadi pembatas buku dan kaos.

Kreativitas Irish menuai pujian dari Nathan Santoso, CEO Radjoet Asa. Pujian Nathan tersebut disampaikan pada saat ia menjadi narasumber di webinar yang digelar Yayasan Peduli Kasih ABK bertajuk, “Mempersiapkan ABK untuk Memasuki Dunia Bisnis” (17/7/2021). Nathan sangat menggemari cara pewarnaan Irish pada setiap lukisannya. Dari benda-benda yang dikreasikan Irish, Nathan mengusulkan supaya Irish mampu lebih dalam bereksperimen terhadap benda-benda lain di sekitarnya. Hal tersebut dapat membuat Irish memanfaatkan kemampuannya sekaligus mengembangkan kreativitasnya.

Tidak hanya Irish, terdapat pula Nagita (13) dan Icad (7) yang juga merupakan anak binaan Yayasan Peduli Kasih ABK. Mereka mampu membuat kreasi dari kain perca. Nagita telah membuat boneka dari kain perca dengan diameter 10 sentimeter. Tangan telatennya membutuhkan waktu satu minggu untuk menghasilkan satu boneka yang menggemaskan.

Nathan yang melihat hasil karya Nagita pada kelas diskusi itu turut kagum dengan kemampuan Nagita. Beliau memberikan beberapa usulan kepada Nagita, yaitu supaya Nagita yang biasanya membuat model rambut keriting-pendek pada bonekanya dapat membuat model rambut yang lebih bervariasi. Kemudian mata boneka Nagita biasanya hanya menggunakan polesan spidol, dapat dikreasikan dengan menggunakan kancing.

Selanjutnya terdapat karya dari Icad, yaitu karpet dari kain perca. Icad membuatnya dengan teknik mengepang kain perca yang panjang, kemudian dibentuk lingkaran dengan merekatkannya menggunakan lem. Selain karpet, Icad mengkreasikan kain perca yang dikepang tersebut juga menjadi keset. Membutuhkan waktu satu hari bagi Icad untuk menyelesaikan karyanya tersebut.

Serupa dengan Irish dan Nagita, Icad mendapatkan pujian dari Nathan. Cukup berkesan karya Icad ini karena membuat Nathan bertanya kepada Icad, apakah ia dapat mengepang rambut. Icad pun menjawab bahwa ia juga bisa mengepang rambut. Kegemarannya dalam kepang-mengepang ternyata dilatarbelakangi cita-cita Icad yang ingin memiliki salon rambut.

Pujian kepada karya para ABK ini tidak hanya didapatkan dari Nathan, tetapi juga dari peserta webinar yang diikuti oleh masyarakat umum. Hingga memantik pertanyaan dari salah satu peserta, “bagaimana supaya kita bisa mengembangkan potensi bagi adik atau anak kita yang ABK?” Nathan pun menyampaikan bahwa mulai mencari potensi diri dengan menyadari adanya kekuatan. Sejatinya, setiap manusia memiliki kekuatan yang bahkan sering kali timbul dari keterbatasan. Selanjutnya, memberanikan diri untuk mencoba apa saja akan membuat kita tahu potensi diri. Jangan berhenti mencoba, karena tanpa mencoba kita tidak akan tahu apa yang terjadi dan upaya tersebutlah yang membuat potensi terus berkembang.

Selayaknya karya Irish, Nagita, dan Icad yang mendapatkan usulan dari Nathan adalah bentuk supaya mereka dapat mengembangkan potensi. Berdasarkan karya mereka yang dibedah ini, diharapkan dapat membuktikan ABK juga mampu memiliki potensi luar biasa, karena mereka lebih sadar akan keterbatasan yang dimiliki (Hayah Nisrina Firdaus)*

*Reportase ini telah dimuat Harian Surya di Rubrik Citizen Reporter (17 Juli 2021).

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×