Menemukan dan Mengenali Bakat ABK

Yayasan Peduli Kasih ABK kembali gelar diskusi dengan tema Menemukan dan Mengenali Bakat Anak. Diskusi kali ini menghadirkan narasumber Viera Adelia, Psikolog Klinis Anak, Konselor Grup Sekolah Inklusi dan Dosen  Fakultas Psikologi di Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta.

Diskusi Yayasan Peduli ABK bersama Tribun Jatim, Senin (11 Juli 2021) itu membahas cara menemukan dan mengenali bakat ABK. Tuhan menciptakan segala sesuatu di dunia ini tidak dengan percuma, begitupun dengan anak berkebutuhan khusus atau ABK. Meskipun seorang ABK memiliki kekurangan, tetapi tentu saja pasti diiringi dengan kelebihan. Hal inilah yang menjadi tugas bagi orang tua ataupun pendamping ABK dalam menemukan dan mengenali bakat mereka. Untuk dapat menemukan dan mengenali bakat ABK tentu saja diperlukan kerjasama antara orang tua, masyarakat sekitar dan ABK itu sendiri, serta guru.

Diskusi dibuka dengan pertanyaan dari moderator, yakni bagaimana orang tua penyandang ABK agar bisa memastikan anaknya mandiri. Pertanyaan ini mendapat respon dari narasumber, yaitu pertama orang tua harus tahu perbedaan antara minat dengan bakat. Minat, yaitu rasa suka terhadap sesuatu. Kesukaan kita terhadap sesuatu mengindikasikan bakat kita berada disitu.

Pada diskusi kali ini antusias peserta sangat terlihat, hal ini ditunjukkan dengan berbagai pertanyaan terkait cara tema diskusi. Salah satu pertanyaan dari peserta diskusi yakni bagaimana cara agar orang tua mendukung apa yang diinginkan anaknya. Menurut paparan Viera, ada empat tahapan yang perlu orang tua amati apakah anak siap untuk di-launching keluar rumah. Pertama, aman atau tidak dalam arti jika di luar sana ada sesuatu yang dapat menyakiti ABK, apakah ABK dapat menghadapi situasi tersebut. Mencari tempat yang aman bagi ABK. Kedua, jika ABK sudah merasa aman, ABK dapat melakukan eksplorasi. Ketiga, percaya diri. Orang tua memberi dukungan kepada ABK. Kempat, jika ketiga tahap diatas mampu diatasi ABK, maka ABK siap untuk launching keluar rumah.

Pertanyaan lainnya yakni, bagaimana cara orang tua dalam mendeteksi dan mengembangkan bakat anak sejak dini. Ada tujuh parameter untuk mengukur kemajuan anak. pertama dimulai dari kemajuan dasar atau sensoris. Sudahkan anak tahu bahwa apa yang ABK rasakan, lihat, dan dengarkan itu tepat? Bagaimana anak memfungsikan mata ketika ia melihat sesuatu, bagaimana anak memfungsikan telinga ketika mendengar kata-kata dan memaknainya? Kemudian mulut, bagaimana ABK memanfaatkannya untuk berbicara dan seterusnya?

Ketika kemampuan dasar sudah terlatih dengan baik, maka bisa dipadukan dengan gerakan. Sebagai contoh anak hiperaktif, gerakan akan diarahkan, agar ia mempunyai tujuan, ketika anak sudah tahu tujuan dari gerakan yang ia lakukan baru anak bisa diajarkan kepada perilaku lainnya yang lebih berarti.

Kemajuan dasar sensoris ini perlu orang tua perhatikan sebelum menargetkan anak mampu bekerja. (Evi Yusfita Rini).

*Reportase ini telah dimuat Harian Surya di Rubrik Citizen Reporter (Selasa, 13/7/2021).

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×