ABK Bisa Melek Teknologi Informasi

Diskusi itu menghadirkan Heni Prasetyorini, tutor Coding Anak dan founder Kelasku Digital. Kelas yang dikembangkan Heni menarik bagi orang tua yang melihat kecenderungan anak mendalami teknologi informasi. Pada Kelasku Digital, Heni memiliki tiga kelas dalam membimbing anak bertalenta digital, yaitu Creative Coding, Start Up Founder, dan Content Creator. Selama pandemi, ia menggunakan materi dalam bentuk e-book yang bisa diakses dengan mudah dan memberikan video tutorial untuk mempermudah pemahaman.

Ia membagi informasi mengenai kemungkinan anak belajar digital dengan menyenangkan. Diskusi yang diadakan Yayasan Peduli ABK bersama Tribun Jatim, Senin (5/7/2021) itu membahas ABK dan teknologi informasi. Saat ini perkembangan teknologi berkembang pesat teritama di bidang informasi. Di era ini informasi sangat mudah diakses oleh siapa pun dan di mana pun, termasuk oleh penyandang ABK. Penyandang ABK memiliki kesempatan untuk dapat menikmati teknologi di bidang informatika.

Pada diskusi itu, semua peserta diberi kesempatan untuk bertanya kepada narasumber berkait dengan  informasi bagi penyandang ABK. Diskusi diawali dengan pertanyaan, bagaimana cara mengenalkan teknologi informasi kepada ABK. Pertanyaan itu disampaikan oleh moderator, Deasy Arini.

Heni menjelaskan, orang tua penyandang ABK harus memahami konsep digital literasi, yaitu bagaimana menggunakan teknologi dengan baik, bisa aman, dan tidak mengumbar identitas pribadi. Penyandang ABK harus tahu cara bagaimana mereka aman dalam menggunakan teknologi informasi. Berikutnya mereka tidak mudah terhasut berita palsu dan jangan sampai anak terakses konten pornografi . Seorang ABK membutuhkan bantuan pendamping, sehingga sebaiknya pendamping banyak menggali informasi dari Yayasan Peduli ABK. Jadi, pendamping atau orang tua tahu hal-hal yang bisa membuat ABK aman dalam menggunakan teknologi informasi. Orang tua juga diharapkan tahu cara mengakses gadget yang dipegang anak-anak.

“Kunci dalam mengenalkan teknologi informasi kepada anak berkubutuhan khusus adalah membuat anak aman dalam menggunakan internet. Kedua, yakni membuat sesuatu. Sebagai contoh anak yang suka bermain game, anak diberitahu bahwa si anak bisa membuat game sendiri. Maka anak akan timbul perasaan senang membuat sesuatu, perasaan itu bisa dikembangkan,” paapar Heni. 

Hal itu berlaku untuk kesenangan masing-masing anak yang kemudian bisa dikembagkan. Apresiasi perasaan senang itu bisa diarahkan ke halhal yang bagus dan positif.  Seorang partisipan bernama Ahmad Ajitya bertanya bagaimana cara memulai belajar digital untuk anak 15 tahun? Heni menjelaskan, perlu dilihat terlebih dulu, apa minat si anak, bakatnya apa, baru disalurkan ke teknologi yang sesuai. “Semisal, anak suka menulis, maka dikenalkan dengan blog. Suka menyanyi kenalkan dengan podcast/YouTube. Jika anak suka dengan game bisa dikenalkan dengan coding. Pemula untuk belajar coding bisa menggunakan aplikasi yang dapat diakses di internet bernama Scratch.

Dengan belajar coding, anak bisa dilatih ketekunan, ketelitian, kesabaran, berani salah. Dengan belajar koding bisa berkreasi, berinovasi, dan mengasah banyak hal lainnya,” tambahnya. Belajar kcoding bisa melihat keadaan kognitif anak. Jika kognitif aman, anak bisa belajar berbagai materi coding. Akan tetapi, jika kognitifnya tidak sampai ke tahap yang lebih tinggi, anak tidak perlu sampai ke tahap developer. Pendekatan penggunaan teknologi digital tidak harus memaksa semua anak untuk menjadi developer. Itu bergantung dengan kemampuan anak. kunci dari mengenalkan teknologi informasi kepada anak yakni memastikan anak menggunakan teknologi informasi secara aman. (Evi Yusfita Rini)*

*Reportase ini telah dimuat Harian Surya di Rubrik Citizen Reporter (Kamis, 8 Juli 2021).

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×