Bagaimana Mengatasi Perilaku Sulit ABK?

Anak selalu memiliki caranya sendiri untuk mengekspresikan diri. Terutama bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang memerlukan perlakuan khusus dalam menghadapi setiap perilakunya. ABK sendiri memiliki perilaku untuk mengekspresikan diri yang cenderung tidak sama dengan tuntutan lingkungan. Hal itulah yang menjadikan ABK dirasa memiliki perilaku sulit dan perlu cara efisien untuk mengatasinya.

Sulit di sini diartikan sebagai sulitnya pengaturan orang tua dalam mengendalikan perilaku ABK. Contoh kecil yang memicu perilaku sulitnya adalah setiap larangan yang diberikan orang tua, justru anak akan melakukannya. Bukan karena ia tidak mengerti bahwa dilarang, tetapi keingintahuan dari mengapa ia dilarang lebih tinggi daripada cara orang tua melarang. Oleh karenanya, perlu alasan mengapa orang tua melarang. Tidak hanya itu, alternatif atau pengganti dari larangan juga harus disediakan. 

Semisal anak suka bermain ponsel sampai melewati batas waktu yang ditentukan alias kecanduan, maka orang tua hendaknya mencari tahu apa yang membuat anak kecanduan. Selanjutnya berikanlah pengganti yang lebih efisien tanpa anak harus menggunakan ponsel. Jika anak suka melihat video di ponsel, maka berikanlah video pengganti di laptop atau di televisi. Akan lebih baik jika menggantinya dengan video edukasi. Misal lain, jika anak suka kecanduan ponsel karena suka bermain video game, maka berikanlah peralatan mainan untuk menyibukkannya tanpa bermain video game di ponsel. Akan lebih baik jika dapat melatih motoriknya.

Perilaku yang sulit diatasi selanjutnya adalah emosi anak. Suka marah hingga bermanja-manja terkadang membuat orang tua bingung harus bersikap apa kepada anak. Umumnya, orang tua akan segera menuruti permintaan anak daripada membiarkannya marah. Padahal cara tersebut justru menjadikan anak semakin manja. Tanpa disengaja pula anak akan mampu membaca pola perilaku orang tua kepadanya. Ketika anak menginginkan sesuatu, ia akan menangis, orang tua akan menuruti keinginannya. Namun, ketika orang tua tidak memberikan ia akan menangis lebih keras atau meluapkan emosi negatif hingga orang tua memberikan keinginannya. Begitu seterusnya.

Artinya, orang tua juga harus membaca pola tersebut supaya tidak menjadikan anak yang mengatur orang tua. Orang tua juga harus berani mengganti pola dengan cara yang lebih efisien. Contoh ketika anak menginginkan sesuatu ia harus membantu pekerjaan rumah, belajar, membaca buku cerita, atau hal positif lainnya. Jika ia sudah mengerjakan, maka ia mendapat yang diinginkan. Cara ini tentu harus dikomunikasikan antara orang tua dan anak supaya anak dapat memahami dengan baik dan tanpa sengaja mengikuti pola tersebut. 

Apabila anak mengekspresikan hal buruk dengan tujuan baik, alternatifnya ajarkan ekspresi baik untuk memperoleh tujuan yang baik pula. Contoh ketika anak berlarian tak tentu arah atau bahkan membuat kekacauan. Perilaku tersebut merupakan ekspresi yang bertujuan mencari perhatian. Maka komunikasikan dengan mengganti cara berekspresinya. Dapat dengan memeluk orang tuanya, memperbanyak senyuman, berpenampilan rapi, dan berbagai ekspresi positif lainnya. 

Setiap jengkal perilaku ABK adalah ekspresi yang ingin ia tunjukkan. Setiap jengkal ekspresi tentu memiliki tujuan dan fungsi masing-masing. Sebagai orang tua, memahami setiap ekspresi anak akan memudahkan orang tua dalam mengatasi perilaku sulit anak. (NAF).

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×