Pentingnya Kemandirian ABK untuk Perspektif ABK Tidak Berbeda

Banyak pernyataan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) itu berbeda. Lantas apakah bukan ABK dapat dikatakan sama? Sejatinya, setiap manusia itu unik dan berbeda. Maka dapat dikatakan bahwa setiap manusia sama-sama berbeda. Termasuk ABK yang kerap dikotomi dengan anak pada umumnya. 

Psikolog, Bu Onne Aquari menyatakan bahwa secara fisik, ABK memang berbeda. Namun, secara psikologis tidak berbeda dengan anak pada umumnya. Bagi orang tua ABK beserta orang di sekitar ABK yang berperspektif ABK berbeda, maka hendaknya memperbaiki perspektif tersebut menjadi: “ABK sama dengan anak pada umumnya”. Dengan begitu, orang tua akan memperlakukan ABK secara mandiri dan tidak meremehkan kemampuan ABK. Dari situlah anak akan membuktikan bahwa ia juga mampu melakukan hal yang sama dengan anak pada umumnya. 

Orang tua harus mempersilakan anak  untuk menjadi mandiri. Jikapun orang tua yang memandirikan anaknya dianggap tega, bukanlah suatu masalah. Sebaliknya, tanpa ketegaan anak akan tumbuh dengan jiwa yang mudah putus asa dan kurang rasa kompetitif. Orang tua juga harus sabar dalam memandirikan anak, seperti menunggunya dalam berproses mempelajari atau melakukan sesuatu. Orang tua dapat membantu anak, jika kemampuan anak sudah benar-benar diujung batas maksimal. Lantas bagaimana dengan orang tua yang terlanjur sering membantu atau memanjakan ABK-nya? Bu Onne Aquari menjawab dalam kelas diskusi #Akademiability yang diselenggarakan Yayasan Peduli Kasih ABK (23/04/2021), bahwa orang tua dapat minta maaf kepada anak kalau sudah tidak dapat membantu kembali. Dapat dijelaskan juga, hal tersebut pun demi kebaikan anak supaya tidak malas. Ketika anak meminta tolong, dapat dipastikan terlebih dahulu apakah anak sudah benar-benar mencoba sendiri dengan kemampuan maksimal? Bagi orang tua, janganlah terburu-buru membantu anak dalam berkegiatan. Anak juga membutuhkan proses meskipun lamban. Di samping itu, tanpa memberi bantuan kepada anak akan menjadi terapi tersendiri baginya.

Dalam psikologis, jika kita berada dalam keadaan terjepit saat berusaha, maka kemampuan berpikir cerdik akan datang dengan sendirinya. Hal ini dapat terjadi pada ABK ketika tidak ada yang membantunya, tetapi ia harus melakukannya sendiri. Jadi, percayalah bahwa ABK juga mampu melakukan berbagai hal yang dilakukan anak pada umumnya. Orang tua yang memandirikan anaknya, tentu akan memiliki anak dengan jiwa yang kuat. Proses panjang bukanlah masalah, karena percayalah usaha tidak mengkhianati hasil. (NAF).

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×