Menilik Keunggulan ABK dari Sisi Spiritual Bersama Ustadz Misbahul Huda

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anugerah yang luar biasa dari Allah S.W.T.. Mereka memiliki keistimewaan tersendiri daripada anak pada umumnya. Namun, pada kenyataannya masih banyak orang yang tidak mensyukuri atau menemukan keistimewaan dari ABK. Orang tua dengan ABK pun masih banyak yang belum mampu menerima ABK-nya. Masih banyak kasus orang tua yang membuang anaknya dengan faktor ABK. Padahal, orang tua yang membuang anaknya meskipun dengan faktor ABK akan mendapat dosa besar. Sementara orang tua yang bersedia merawat ABK-nya, akan mendapat pahala besar. Allah memberikan orang tua ABK, tentu dengan tujuan yang baik. Allah tidak mungkin memberi cobaan kepada hamba-Nya yang tidak mampu menanggung cobaan tersebut. Maka memaknai kehidupan bukanlah dengan foya-foya, yang bilamana mendapat ujian akan merasa bahwa tiada arti bagi kehidupan. Namun, maknailah hidup yang memang akan ada ujian di dalamnya. Dengan begitu kita akan lebih siap, mudah menerima, dan dapat memetik pesan dari setiap ujian yang didapatkan.

Namun, pembahasan utama kali ini adalah dalam menilik keunggulan ABK dari sisi spiritual. Perlu diingat bahwa setiap manusia pasti memiliki keunggulan, kelebihan, dan keunikan yang telah Allah berikan. Tidak terlepas kepada ABK. Maka janganlah orang tua merasa bahwa ABK-nya tidak memiliki keunggulan setitik pun. Jikalau ada orang tua atau anak yang berpikir seperti itu, maka sama saja dengan menghina ciptaan Allah dan sama juga dengan menghina-Nya.

Makna keunggulan di sini juga hendaknya tidak dimaknai secara sempit. Keunggulan bukan hanya di bidang sekolah atau akademik saja. Ada beragam keunggulan dan itulah yang menyebabkan manusia memiliki keunikannya masing-masing. Begitu juga mendapatkan keunggulan tidak selalu melalui tempaan akademik atau berada di sekolah. Jika menilik dari sejarah Rasulullah saw., beliau tidak pernah sekolah dan tidak dapat membaca. Namun, beliau merupakan sosok yang unggul, teladan, dan mampu sukses dunia maupun akhirat. Kesuksesan beliau berawal dari kemandirian yang meliputi mandiri fisik, sosial, finansial, dan spiritual. Sejak kecil beliau telah menghadapi beragam permasalahan sosial. Sejak remaja beliau telah menggembala kambing dan dilanjutkan dengan berdagang. Jadi, dari kehidupan sosial tersebut beliau mampu menemukan keunggulan dan meraih kesuksesan.

Dalam kelas diskusi yang diselenggarakan Yayasan Peduli Kasih ABK bersama Ustadz Misbahul Huda, beliau memberikan motivasi kepada orang tua ABK sekaligus para ABK untuk menemukan keunggulan dan kesuksesan dari sisi spiritual. Beliau menyatakan bahwa faktor utama menemukan kesuksesan adalah adab. Rasulullah saw. juga telah memberikan kita para umat teladan untuk memiliki akhlak yang mulia. Oleh karena itu, jadilah manusia yang sukses dengan akhlak mulia. 

Tidak jarang orang tua ABK atau ABK sendiri merasa sukar menemukan keunggulan pada anaknya atau pada diri sendiri. Padahal, tidak sedikit ABK yang sukses dan dapat menjadi motivasi. Di antaranya adalah penemu bohlam, Thomas Alfa Edison. Dahulu ia dianggap sebagai ABK hingga diusir dari sekolahnya. Namun, ia mampu membuktikan keunggulannya dengan melakukan penemuan-penemuan yang memukau dan bermanfaat hingga generasi-generasi selanjutnya. Selanjutnya ada Naja Hudia Afifurrahman, peserta Hafiz Indonesia yang mengidap Cerebral Palsy dan mampu menghafal 30 juz Al-Qur’an. Keunggulannya tersebut patut mendapatkan apresiasi dan sebagai motivasi untuk orang tua ABK maupun ABK sendiri.

Menurut Ustadz Misbahul Huda, Yayasan Peduli Kasih ABK yang rutin mengadakan kajian parenting untuk orang tua ABK juga menjadi langkah yang bagus. Sebab para orang tua dapat memperoleh informasi dan motivasi untuk menjadikan ABK sosok yang unggul. Faktor penting juga yaitu, orang tua sangat diharapkan untuk benar-benar sadar sampai alam bawah sadar, bahwa anak yang merupakan titipan Allah ini merupakan amanah yang luar biasa. Oleh karenanya orang tua diharap mampu menemukan kelebihan dan keunggulan anak melalui kepedulian dan kesabaran, bukan amarah dan apatis.

Selanjutnya, menjaga keimanan kepada Allah S.W.T. juga amat penting dalam menilik keunggulan sekaligus merawat ABK. Kalimat spiritual yang mendukung menjaga keimanan adalah sebagai berikut: “Iman berarti percaya kepada Allah. Implikasinya adalah dengan percaya diri. Maka orang mukmin dicirikan sebagai orang yang percaya diri. Percaya diri menghadapi masa lalu dinamakan syukur. Percaya diri dengan masa depan dinamakan sabar. Maka ciri iman seutuhnya adalah separuhnya syukur dan separuhnya sabar.” Kalimat spiritual tersebut berpesan bahwa rasa syukur dan sabar harus selalu beriringan dalam kehidupan kita.

Pesan dari Ustadz Misbahul Huda kepada para ABK, jadilah anak yang nurut, tawadhu’, hormat, percaya diri, dan mudah diatur. Dengan itu semua, Insya Allah anak dapat lebih cepat menjadi manusia yang unggul, berguna, dan meraih kesuksesannya. (NAF).

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×