Kisah dan Motivasi Naja Menjadi Hafiz Al-Qur’an

Muhammad Naja Hudia Afifurrahman merupakan hafid Al-Qur’an sekaligus peserta Hafiz Indonesia 2019. Sebagai anak yang mengidap cerebral palsy, Naja memiliki kemampuan menghafal Al-Qur’an yang luar biasa. Kiat yang dilakukan orang tuanya adalah memperdengarkan bacaan Al-Qur’an atau murottal sejak Naja berada dalam kandungan. Orang tua Naja, Dahlia Andayani mulanya menjadikan bacaan Al-Qur’an sebagai obat untuk menjaga kandungan supaya tidak aborsi. Mengingat Bu Dahlia sebelumnya keguguran dalam mengandung anak pertama.

Kiat orang tua Naja mulanya pada saat Naja berusia empat bulan di dalam kandungan, di mana merupakan masa ditiupkan ruh. Orang tua Naja memanggil anak-anak yatim dari pesantren untuk dibacakan 30 juz. Pada pengajian tersebut disediakan air yang dibacakan ayat suci Al-Qur’an kemudian diminum oleh Bu Dahlia. Dari situlah tercipta kecintaan Naja terhadap Al-Qur’an.

Pada saat kelahiran, Naja terlahir prematur dan didiagnosis cerebral palsy. Al-Qur’an tetap menjadi terapinya sampai ia berumur satu tahun. Sebelum tidur, Naja juga selalu dibacakan ayat kursi. Sampai pada akhirnya ia mampu melafalkan ayat kursi sendiri. Dari situlah orang tua Naja percaya, bahwa jika anaknya mampu melafalkan ayat Al-Qur’an maka tentu saja ia juga mampu berbicara. Selanjutnya pada umur tiga tahun, Naja mulai mampu menghafal ayat-ayat Al-Qur’an. Pada umur delapan tahun, Naja sudah mampu menghafal hingga 12 juz. Di umur itu pula Naja mulai dipanggilkan guru menghafal Al-Qur’an supaya lebih intensif. Sejatinya, yang mengajarkan Naja menghafal Al-Qur’an adalah dirinya sendiri. Ia menghafal dari mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an kemudian mampu menghafalkannya.

Atas seizin Allah S.W.T, keajaiban-keajaiban datang setelah Naja menghafalkan Al-Qur’an. Seperti sembuhnya mata Naja yang sebenarnya juling sebelah. Dalam menyembuhkannya, orang tua menggunakan terapi Al-Qur’an. Yaitu dengan memosisikan diri orang tua untuk duduk di sebelah kanan, lantas memegang kepala Naja.  Kemudian bola mata Naja diminta menghadap orang tuanya sembari melantunkan hafalan Al-Qur’an-nya. Secara berangsur, mata Naja menjadi normal.

Selanjutnya, Naja sebenarnya memiliki kesulitan dalam bernapas. Namun, sekarang telah mampu bernapas dengan baik, karena saat murojaah ia diminta membaca sekeras mungkin untuk melatih pernapasan. Adapun keuntungan yang tidak kalah berarti bahwa setelah menghafal Al-Qur’an, mental Naja menjadi semakin kuat. Seperti pada saat Naja berada di panggung besar Hafiz Indonesia.

Sesungguhnya, terapi Al-Qur’an yang dimaksud yaitu adanya bacaan Al-Qur’an menenangkan. Naja sendiri akan sangat merasa tenang dan senang setiap kali mendengarkan bacaan Al-Qur’an. Seperti jika di keramaian yang sebenarnya Naja kurang suka, dengan diperdengarkan Al-Qur’an ia akan merasa lebih tenang.

Berdasarkan kisah dari Naja, terbukti bahwa anak dengan cerebral palsy atau berkebutuhan khusus sekalipun mampu menjadi hafiz Al-Qur’an. Achmad ‘Ainul Yaqin atau yang kerap disapa Aan, juga merupakan ABK yang mengidap cerebral palsy. Ia telah mampu menjadi moderator pada diskusi yang diadakan Yayasan Peduli Kasih ABK bersama ibu Naja dan Naja. Terlepas dari itu, Aan juga telah mampu menghafalkan 2 juz Al-Qur’an. Masya Allah.

Untuk membuat anak tertarik dengan Al-Qur’an pun kuncinya dengan memperdengarkan murottal hingga telinga anak merasa familiar, bahkan merasa kurang jika tidak mendengar bacaan Al-Qur’an. Sedangkan untuk fokus dalam menghafal Al-Qur’an adalah dengan melakukan hipnotis pribadi. Yaitu menanamkan bahwa tidak bisa hidup tanpa Al-Qur’an. Menurut orang tua Naja sekaligus dapat menjadi tips bagi orang tua lainnya, bahwa Naja dapat fokus menghafal Al-Qur’an karena sejak dalam kandungan ia sudah dikenalkan dan dilatih untuk mencintai Al-Qur’an.

*NAF

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×