Kesejahteraan ABK di Norwegia

Norwegia dikenal sebagai salah satu negara dengan kesetaraan gender terbaik di dunia. Sehingga masyarakat di Norwegia memperoleh pendidikan dan kesusilaan yang baik pula. Negara tersebut juga dikenal damai dan bahagia. Tak terlepas bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Norwegia, yang dibahagiakan dengan mendapat kesetaraan dalam perlakuan dan pendidikannya.

Savitri Khairunnisa merupakan penulis dan ibu rumah tangga asal Surabaya yang merantau di Norwegia. Ia turut menangani dan mengetahui seluk-beluk ABK di Norwegia. Savitri menyatakan, bahwa di sana ABK memiliki hak yang sama. Mereka lebih diajarkan pada aktivitas sehari-hari secara mandiri. Seperti mencuci piring, menyapu, makan, dan semacamnya. Pendidikan yang mereka peroleh juga memadai.

Memang tidak ada Sekolah Luar Biasa (SLB) di Norwegia, tetapi negara tersebut menggunakan fasilitas sekolah inklusi dalam mengakomodasi pendidikan ABK. Di sekolah, setiap anak selalu memiliki satu guru pendamping. Dengan begitu, perkembangan anak akan lebih terkedali dengan baik. Meskipun selalu didampingi, bersosialisasi antar anak di sekolah inklusi juga diutamakan. Anak-anak akan mendapat kesempatan bermain satu sama lain. Dalam hal sosialisasi sebagai negara yang bahagia, di Norwegia tidak begitu ditemukan kasus bullying atau saling mengejek antar anak. Jikapun ada, hal tersebut akan segera ditindaklanjuti.

Pemerintah di Norwegia sangat mengedepankan kesejahteraan seluruh rakyat. Maka perlakuan yang sama pada setiap masyarakatnya akan diberlakukan dengan baik. Termasuk hukum kesusilaan. ABK memiliki hak-hak tersediri untuk dapat diaplikasikan dengan baik guna menunjang perkembangannya. Pemerintah juga memberikan apresiasi-apresiasi terhadap seni budaya ABK. Selain itu, parenting dan networking tidak kalah pentingnya untuk memperjuangkan esensi karya ABK. Penyelenggaraan pameran dan pendanaan yayasan yang menaungi ABK, akan mendapat bantuan dari pemerintah. Termasuk yayasan ABK yang dinaungi oleh Bu Savitri di negara tersebut.

Fasilitas dan terapi untuk ABK di Norwegia diberikan dengan biaya yang terjangkau. Sehingga orang tua tidak perlu mengkhawatirkan persoalan biaya. Negara yang dikenal sangat makmur ini, memiliki fasilitas kesehatan yang baik. Tidak ada perusahaan asuransi kesehatan di Norwegia. Dengan begitu seluruh masyarakat termasuk ABK, berhak mendapatkan fasilitas kesehatan yang sama dan memadai.

Sama halnya dengan di Indonesia, pandemi Covid-19 juga memberikan dampak terhadap kegiatan belajar mengajar di Norwegia. Termasuk sekolah inklusi yang menjadi tempat memperoleh pendidikan bagi ABK. Penanganannya, tentu memberhentikan kegiatan fisik kontak langsung. Kegiatan-kegiatan bimbingan dilakukan dari rumah menggunakan gawai. Beruntung kini kondisi pandemi Covid-19 di negara tersebut telah membaik. Kegiatan belajar mengajar dan bimbingan kepada ABK telah kembali dilakukan di sekolah dengan kegiatan fisik seperti sebelumnya.

Kesejahteraan ABK yang terdapat di Norwegia ini setidaknya mampu menjadi cerminan dalam membangun kesejahteraan ABK di Indonesia. Baik dari pemerintahan, lembaga, atau yayasan. Mengingat hak dan kesejahteraan ABK bukanlah hal untuk dikesampingkan.

Bu Savitri sebagai perantau di Norwegia dan mendedikasikan dirinya untuk para ABK di sana, kini tetap aktif menulis buku. Pesan utama beliau pada pandemi Covid-19 ini adalah supaya siapapun dapat memanfaatkan waktu dengan berkarya. Tidak lupa juga untuk terus berpikir positif.

*NAF

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×