Membangun Kebiasaan Hidup Sehat untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Kebiasaan hidup yang sehat harus dilakukan oleh semua orang agar dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Tidak terkecuali dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan penyandang cacat harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial, ekonomi, dan bermartabat. Selain itu, ABK lebih rentan terserang penyakit dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya. Hal ini dikarenakan faktor dari lingkungan maupun dari diri ABK itu sendiri.

Beberapa ABK mempunyai keterbatasan pada dirinya sehingga ia sendiri kesulitan untuk memperhatikan dan merawat dirinya sendiri. Contohnya pada anak-anak penyandang autisme sering dijumpai terserang masalah kesehatan gigi seperti karies gigi, penyakit periodontal, kerusakan lingkungan rongga mulut, kelainan erupsi gigi dan trauma. Hal ini terjadi karena keterbatasannya yang kurang mampu membersihkan rongga mulutnya sendiri.

Oleh karena itu, orangtua sangat perlu mulai membangun dan membiasakan pola hidup sehat kepada anaknya. Pada anak-anak berkebutuhan khusus tentu ada beberapa perbedaan yang perlu diperhatikan dan dilakukan dengan pendekatan yang berbeda. Kesabaran dan pembiasaan adalah kunci utama dari membangun kebiasaan hidup sehat pada anak berkebutuhan khusus.

Pembiasaan

Seperti anak-anak pada umumnya, pembiasaan harus dilakukan secara terus menerus dan berulang agar anak mengetahui dan terbiasa dengan kebiasaan hidup sehat yang diajarkan. Orangtua harus mempunyai kesabaran dan ketelatenan dalam menanamkan pola hidup sehat. Pembiasaan ini perlu dilakukan secara berulang hingga anak terbiasa dan mampu melakukannya sendiri. Contohnya membiasakan gosok gigi dan cuci kaki setiap kali sebelum tidur.

Berikan Contoh Nyata

Selain dari ajakan dan ucapan orangtua untuk membiasakan pola hidup sehat, orangtua juga perlu memberikan contoh nyata dalam melakukan pola hidup sehat yang diajarkan. Orangtua harus mampu mengajak anak untuk berpartisipasi dengan bersama-sama melakukan kebiasaan tersebut. Pemeberian contoh ini perlu dilakukan karena anak-anak cenderung lebih suka meniru apa yang dilakukan oleh orangtuanya. Contohnya sebelum makan, orangtua mengajak anak untuk mencuci tangan bersama.

Perhatikan Kebutuhan Khusus pada tiap ABK

Tiap ABK mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda dengan ABK yang lainnya. Misalnya pada anak penyandang tuna rungu membutuhkan penjelasan berupa visual sedangkan pada anak penyandang tuna netra membutuhkan penjelasan dalam bentuk suara dan arahan dalam mencontohkan melakukannya. Orangtua harus mampu melihat bagaimana perlakuan yang dibutuhkan oleh anaknya sesuai dengan kebutuhan khusus yang disandang oleh sang anak.

 

Sumber : kabar24

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×