Keluarga Handoko, An Inspiring Story

Memang harus tetap semangat jadi orang tua, kalau bukan kita para orang tua, siapa lagi yang akan mengurus dan sayang sama anak kita?”

Keluarga Handoko merupakan keluarga kecil yang terdiri dari bapak dan ibu Handoko dengan tiga anak yang terdiri dari dua anak laki laki dan satu perempuan. Namun, apa yang membuat keluarga ini istimewa? Jawabannya adalah mereka dianugerahi seorang Anak Berkebutuhan Khusus, penyandang austime, yang bernama Daniel.

Saat bayi, Daniel sangat aktif hingga saat ia menginjak usia 10 bulan, ia sudah dapat berjalan, beberapa bulan lebih cepat dari bayi pada umumnya. Hal ini merupakan hal wajar karena pertumbuhan setiap anak berbeda. Setelah Daniel bisa berjalan, ibu Handoko mulai tergerak untuk memeriksakan Daniel karena keterlambatan berbicara yang Daniel alami. Saat Daniel diperiksa di rumah sakit yang menangani permasalahan tentang telinga, hidung dan tenggorokan (THT), ia didiagnosis mengalami Speech Delay atau keterlambatan berbicara sehingga mengharuskan Daniel untuk menjalani terapi wicara. Daniel menjalani terapi wicara hanya beberapa bulan hingga ia masuk Sekolah Dasar (SD). Setelah itu, ibu Handoko memilih untuk memberhentikan terapi wicara Daniel dan memilih untuk melakukan terapi dirumah.

Orang tua Daniel memilih untuk melakukan terapi di rumah dengan cara melakukan intervensi atau campur tangan dalam menstimulus Daniel dengan mengajak Daniel berkomunikasi dan bersosialisasi seperti anak pada usianya. Selain itu, orang tua Daniel juga menerapkan diet yang mengharuskan Daniel untuk menjaga pola makanan yang sehat dan alami tanpa bahan pengawet. Pola makan sehat tanpa bahan pengawet ini juga dapat di terapkan pada keluarga lain karena pentingnya menjaga asupan makanan yang masuk kedalam tubuh.

Menjaga pola makan? Sudah. Melakukan intervensi dan advokasi? Sudah. Menurut ibu Handoko, hal lain yang perlu dilakukan untuk tetap menunjang perkembangan anak adalah melakukan pendekatan pada anak. Sesibuk apapun harus disempatkan karena pendekatan pada anak itu penting. Untuk dapat memaksimalkan perkembangan anak, orang tua bisa melakukan pendekatan kepada anak untuk mengetahui apakah anak mempunyai ketertarikan tertentu sehingga minat dan bakat anak tidak serta-merta dilakukan agar anak tidak bosan, namun juga sebagai wadah pembelajaran anak untuk tetap fokus.

Dalam kasus Daniel, ibu Handoko bercerita bahwa Daniel adalah anak yang sangat hiperaktif yang membuat ibu Handoko merasa kerepotan dalam mengamati apa yang Daniel lakukan dan menjaganya agar tidak menyakiti diri sendiri. Tidak hanya mengamati anak yang diperlukan, tetapi juga ibu Daniel menyarankan alangkah baiknya jika ikut berkegiatan bersama anak. Setelah melakukan pendekatan pada anak, orang tua Daniel lambat laun menyadari bahwa anak ketiga mereka sangat mahir dalam bermain komputer, baik itu bermain game maupun mengenali komponen komponennya.

Pada saat orang tua Daniel fokus pada perkembangan Daniel, saat itu juga mereka menyadari bahwa kakak-kakak Daniel perlu diajak berkompromi. Ibu Handoko bercerita bahwa tidak susah melakukan pendekatan kepada dua kakak Daniel untuk mengetahui apakah mereka menerima keadaan Daniel yang mempunyai kebutuhan khusus. Kedua kakak Daniel menerima adiknya selayaknya apa yang harus dilakukan kakak kepada adiknya karena mereka bersaudara dan siapa lagi kalau bukan kakak-kakaknya yang menjaga Daniel. Bentuk penerimaan kedua kakak Daniel diwujudkan dengan cara ikut membantu orang tua mereka menjaga dan mengembangkan minat dan bakat Daniel yang berpotensi untuk lebih dimaksimalkan. Contoh, dalam beberapa bulan terakhir ini, Daniel sangat suka membuat video dan hasilnya akan di muat di Youtube. Mengetahui adik bungsunya suka membuat konten untuk dimuat di Youtube, salah satu kakak Daniel membantunya dengan ikut serta menjadi pengisi suara atau yang sering disebut dubber dalam video yang dibuat Daniel.

Selain melakukan pendekatan kepada kedua kakak Daniel, orang tua Daniel juga menemukan kesulitan dalam pendekatan ke keluarga besar agar mereka mau menerima Daniel dengan kondisi seperti ini. Secara perlahan orang tua Daniel memberi pengertian kepada keluarga besar dari pihak ibu maupun ayah. Reaksi pertama yang didapatkan oleh orang tua Daniel adalah rasa kasihan dari sanak saudara, tetapi mereka tidak mempermasalahkan hal itu. Yang terpenting adalah keluarga besar menerima Daniel dan ikut membantu dalam memaksimalkan perkembangan Daniel.

Ibu Handoko, beberapa menit sebelum menutup diskusi pada sore hari tiu (5/10), berpesan pada semua yang hadir, termasuk para orang tua ABK, bahwa tidak boleh ada kata putus asa dalam menyayangi anak. ABK atau bukan, bukan sebuah masalah jika kita sudah menerima keadaan dan mulai berinisiatif untuk memaksimalkan potensi apa yang dipunya oleh anak. Kalau putus asa, barulah akan muncul permasalahan. Oleh karena itu, ibu Handoko berpesan untuk tetap semangat meskipun sangat melelahkan dan terus ikut berpartisipasi dalam tumbuh kembang anak karena usaha tidak akan mengingkari hasil.

Orang tua Daniel telah membuktikan bahwa usaha mereka tidaklah sia-sia. Saat ini, Daniel sudah mulai suka berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang orang sekelilingnya, bahkan Daniel sudah mulai berkarya. Ibu dan Bapak Handoko sangat bersyukur tidak putus asa pada saat itu, jika mereka memutuskan untuk putus asa mungkin mereka tidak akan tahu bahwa Daniel bisa sangat membanggakan seperti saat ini.

2 komentar untuk “Keluarga Handoko, An Inspiring Story”

  1. AHMAD SUKRON ARIS S.Pd

    Mempunyai anak ABK memang sebuah anugerah dan tantangan bagi orang tua, namun abk juga manusia yang kebutuhannya sama seperti orang kebanyakan. Dengan begitu kewajiban orang tua tetap menerima segala kekurangan dan kelebihan anak tersebut, dan memberikan hak hak nya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×