Mengenal Autisme

“Kamu kok ngga bisa diem sih, autis ya?”

“Lihat tuh, dia lari kesana-kemari terus. Jangan jangan autis.”

“Eh yang bener deh lu! Dasar autis!”

Autism Spectrum Disorder atau yang biasa dikenal dengan autisme adalah sebuah kondisi yang ditandai dengan gangguan komunikasi dan kumpulan aktivitas serta minat yang terbatas. Gangguan yang telah menyerang 5 dari 10.000 anak ini disebut spektrum karena gangguan ini memiliki berbagai macam bentuk dan tingkat keparahan. Biasa ditemukan pada anak di bawah usia tiga tahun, walau dalam beberapa kasus dapat dijumpai pada usia yang lebih tua.

Autisme memiliki ciri khas tertentu, yang pertama adalah adanya gangguan dalam interaksi sosial. Anak dengan autisme cenderung tidak melakukan kontak mata, sering salah membedakan orang-orang penting dalam hidupnya, seperti orang tua, saudara kandung, atau guru. Anak dengan autisme juga tidak bisa bermain dengan teman sebayanya seperti anak-anak yang lain. Ciri khas lain yang juga bisa ditemukan pada anak dengan autisme adalah gangguan berbahasa. Anak dengan autisme sering kesulitan menyusun kalimat yang bermakna. Hal ini menyebabkan anak dengan autisme cenderung penyendiri dan tidak menemukan kenyamanan dalam interaksi dengan sesamanya. Anak dengan autisme juga dapat ditemukan mengulang-ngulang perilaku yang sama sehingga aktivitas anak dengan autisme cenderung kaku, berulang, serta monoton.

Setelah dapat mengenali tanda-tanda autisme, jika mendapati  teman, sanak keluarga, atau orang sekitar usia anak-anak yang menderita autisme ada beberapa hal yang dapat dilakukan, diantaranya:

  • Antar anak untuk mengunjungi psikiater anak untuk pemeriksaan dan penegakkan diagnosis autisme. Hal ini sangat penting untuk menghindari salah diagnosis dan terapi. Psikiater anak dapat menjelaskan keparahan gejala dan memberikan tuntunan dalam pengasuhan anak dengan autisme.
  • Lanjutkan terapi yang diberikan psikiater anak di rumah. Terapi yang dilanjutkan di rumah oleh keluarga memegang peranan penting dalam keberhasilan terapi. Tirulah terapi yang dilakukan psikiater anak. Jangan ragu untuk bertanya kepada psikiater anak jenis-jenis terapi yang bisa dilakukan di rumah. Ciptakan lingkungan rumah yang aman dan nyaman untuk terapi anak dengan autisme.
  • Konsistenlah dalam mendidik anak dengan autisme. Anak dengan autisme memiliki kesulitan untuk memahami interaksi dan komunikasi antar manusia, konsistensi dibutuhkan untuk mempermudah proses belajar anak.
  • Buat jadwal di rumah untuk anak dengan autisme dan patuhi jadwal tersebut. Jika terdapat perubahan jadwal mendadak, pastikan anak telah dipersiapkan sebelumnya. Anak dengan autisme secara alami sangat menyukai jadwal dan keteraturan. Cara ini akan menciptakan lingkungan yang nyaman untuk anak dengan autisme
  • Berikan pujian dan hadiah ketika anak berkelakuan baik atau dapat mempelajari kemampuan baru. Contohnya, saat anak berhasil mengatakan hal yang diinginkan tanpa menunjuk, berikanlah mainan atau makanan yang dia sukai.
  • Perhatikan tanda-tanda nonverbal pada anak. Anak dengan autisme memiliki kesulitan berkomunikasi. Mereka berkomunikasi dengan cara yang sedikit berbeda. Carilah tanda-tanda nonverbal, seperti ekspresi wajah dan gerakan tubuh ketika mereka sedih, lapar, atau menginginkan sesuatu.

Anak dengan autisme telah menunjukkan pada sejarah bahwa mereka mampu berkarya. Terapi serta pengasuhan yang baik berperan besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dengan autisme. Telah terbukti di berbagai studi, anak dengan autisme dapat tumbuh dan berkembang apabila dididik dan dilatih dengan baik.

Anak dengan autisme sedang hidup di tengah-tengah masyarakat dan akan terus demikian. Masalah autisme adalah masalah komunikasi yang sangat erat hubungannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti masyarakat turut berperan membantu anak dengan autisme untuk belajar berkomunikasi serta berinteraksi. Peran masyarakat penting untuk memberikan ruang belajar yang cukup  pada anak dengan autisme. Toleransi dan pengertian sangat dibutuhkan oleh anak dengan autisme dalam proses belajarnya.

Pengetahuan mengenai autisme juga penting untuk dimiliki. Selain sebagai sarana deteksi dini, pengetahuan ini juga dibutuhkan untuk meluruskan pemahaman mengenai autisme. Stigma-stigma negatif yang kerap disematkan kepada anak dengan autisme dapat perlahan-lahan terangkat. Hal ini akan menciptakan lingkungan yang nyaman dan toleran kepada anak dengan autisme untuk belajar berkomunikasi dan berinteraksi.

Autisme bukanlah candaan. Autisme bukanlah ejekan. Autisme membutuhkan pelatihan dan pendidikan yang tepat. Anak dengan autisme memiliki hak untuk berkembang layaknya anak-anak, dan sebagai sesama manusia sudah merupakan sebuah kewajiban untuk mewujudkannya.

#KitaSama #AkuKamuSama #Autisme #Equality

 

Penulis: Tara Wiratmadja

Tara adalah seorang dokter muda yang sedang menempuh tahun terakhirnya di Program Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Saat ini, Tara sedang bekerja di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Editor: Habiibati Bestari

Referensi

Centers for Disease Control and Prevention. 2017. Autism Spectrum Disorder. Diambil dari https://www.cdc.gov/ncbddd/autism/index.html pada tanggal 4 April 2018.

Sadock, B. J. & Sadock, V. A. 2017. Buku ajar psikiatri klinis. Jakarta: EGC.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×