Anak Muda dalam Dunia Sukarelawan

Relawan tak dibayar bukan karena tak bernilai tapi karena mereka tak ternilai harganya

-Anies Baswedan, Penggagas Indonesia Mengajar

 

Apakah kamu pernah menjadi salah satu relawan yang disebutkan orang nomor satu Jakarta tersebut? Apakah kamu sering mendengar kata relawan? Pernahkah kamu merasa ingin menjadi relawan dan belum terwujud? Apa sih makna dari menjadi relawan?

Dewasa ini sering kita mendengar istilah relawan (volunteer) didengung-dengungkan. Menelaah dari definisi relawan sendiri adalah seorang yang secara suka rela menyumbangkan waktu, tenaga, pikiran dan keahliannya untuk menolong orang lain dan mengerjakan pekerjaan kerelawanan (bentuk bantuan yang diberikan secara sukarela untuk menolong orang lain). Seringkali peran relawan banyak dibutuhkan di suatu gerakan masyarakat, misi sosial, kegiatan perusahaan maupun pemerintah sampai organisasi mandiri dan kekinian yang biasa disebut NGO (Non Government Organization).  Banyak pendapat sinis mengenai relawan dan pekerjaan kerelawanan, yang menilai terdapat ketidakseimbangan antara waktu, usaha, bahkan dana yang dikeluarkan untuk kegiatan kerelawanan tersebut. Seringkali relawan tidak mendapat upah setelah praktiknya. Sudah berlelah-lelah, repot ngurusi ini-itu tapi tidak dapat apa-apa.

Menjadi relawan tidak lain merupakan panggilan hati yang tergerak dengan senang hati walaupun menurut orang tidak bisa dinalar dan passion berperan didalamnya. Apa itu passion? Kalau saya mendefinisikannya sebagai keinginan yang datangnya dari hati tanpa paksaan. Passion setiap orang bisa jadi berbeda, seperti bidang seni, olahraga, menjahit, masak, termasuk menjadi relawan. Dari semua itu terdapat satu persamaan, yakni saat kita sudah passion pada suatu bidang/kegiatan kita akan menjalaninya dengan sepenuh hati.  Saat kita mewujudkan passion menjadi pengalaman nyata, hal tersebut akan  membuat kita berkembang dan timbul perasaan bahagia dan kepuasan tersendiri.

Dilihat dari pola pelaksanaannya, terdapat tiga pola kegiatan sukarelawan yang saat ini berkembang.  Pertama, kegiatan sukarelawan yang dilakukan oleh individual dan tidak dikoordinir oleh lembaga atau organisasi tertentu. Aktivitas ini banyak berlangsung di masyarakat, namun sulit untuk diukur ataupun diteliti karena dianggap sebagai kegiatan rutin harian. Kedua, kegiatan sukarelawan yang dikoordinir oleh kelompok, organisasi, atau perusahaan tertentu, namun bersifat insidentil atau tidak berkelanjutan. Misalnya, kegiatan bakti sosial dan donor darah dalam rangka ulang tahun lembaga atau perusahaan. Ketiga, kegiatan sukarelawan yang dikelola kelompok atau organisasi secara profesional dan berkelanjutan. Pola ketiga ini ditandai dengan adanya komitmen yang kuat dari relawan (baik tertulis maupun lisan) untuk terlibat aktif dalam kegiatan yang dilakukan, adanya aktivitas yang rutin dan berkelanjutan, serta adanya divisi atau organisasi yang khusus merekrut dan mengelola para relawan secara profesional.

Pola tersebut terbentuk seiring dengan motivasi relawan di dalamnya, diantaranya:

  • Motivasi Keagamaan yaitu motivasi yang mendasari kegiatan relawan sebagai amal saleh atau perbuatan baik, dengan harapan mendapatkan balasan dari Tuhan
  • Motivasi Kemanusiaan merupakan rasa kesetiakawanan yang tertanam dalam hati sanubari sebagai dorongan hati untuk berbuat sesuatu bagi kemanusiaan
  • Kebutuhan sosial merupakan motivasi yang didasari dorongan untuk menjalin hubungan sesama manusia, sebab manusia merupakan makhluk sosial
  • Aktualisasi diri sebagai motivasi ketika seseorang melakukan sesuatu karena dia ingin mengekspresikan dirinya, ingin berprestasi, berbuat terbaik

Kebanyakan anak muda jaman now, mengikuti kegiatan relawan dengan motivasi aktualisasi diri dan rasa kesetiakawanan, namun bagaimana sebenarnya motivasi yang perlu dikembangkan bagi seorang relawan? Dalam suatu diskusi yang pernah saya ikuti tentang relawan, Azka Asfari, CEO dari Geev, sebuah search engine dimana setiap pencarinya menyumbang Rp. 50 untuk donasi sosial, menyampaikan, “Jangan takut kehilangan atau kekurangan sesuatu ketika mau jadi relawan. Namun jangan memaksakan diri untuk rela-rela aja, atau yang penting urusin orang lain dulu. Justru kita harus selesai dengan urusan kita sendiri sebelum mengurus orang lain. Jadi gak papa kalau kita pasang ambisi atau tujuan pribadi ketika masuk ke dunia relawan. Karena prinsip saya, kalau mau bahagia itu kita memang harus pasang tujuan untuk membantu orang lain, tapi untuk bisa bertahan dan tetap di proses menuju bahagia sampai akhir kita harus punya ambisi pribadi. Salah satunya adalah omitmen untuk tumbuh dan berkembang selama prosesnya. Pastinya itu mulai dari passion.”

Sebagai anak muda yang aktif dalam dunia relawan, walaupun niat dan tujuan kita tulus untuk membantu sesama, kita tidak boleh memaksakan diri dan mengesampingkan kewajiban kita sehari-hari. Tetap harus ada prioritas dan tujuan dalam melakukan sesuatu, tujuan yang saya maksud di sini bukan berarti tujuan politis untuk mendapatkan sesuatu keuntungan pribadi, namun tujuan dari kegiatan relawan yang kita lakukan agar nantinya dapat menjadi sebuah proses pembelajaran yang bermanfaat bagi kita.

Tipe relawan juga dapat digolongkan berdasarkan jangka waktu mengikuti kegiatan kerelawanan: Relawan Jangka Panjang dan Relawan Jangka Pendek. Relawan Jangka Panjang, adalah relawan yang memiliki kepedulian dan komitmen tinggi terhadap suatu isu, misi, atau kelompok tertentu dan bersedia mendedikasikan diri untuk memperjuangkan hal tersebut dalam jangka waktu tak tertentu. Relawan jangka panjang memiliki ikatan yang kuat, baik dengan lembaga maupun isu atau program yang sedang dilakukan sehingga nilai, identitas diri dan rasa kepemilikan terhadap isu/tugas/lembaga semakin meningkat. Relawan jangka panjang juga dapat dilibatkan dalam penentuan deskripsi tugas relawan.

Tipe yang kedua, Relawan Jangka Pendek, adalah relawan yang bergabung dengan suatu lembaga hanya dalam jangka waktu tertentu. Biasanya relawan tipe ini memiliki kepedulian terhadap suatu isu tetapi tidak menganggap isu atau keterlibatannya dalam lembaga tersebut sebagai suatu prioritas dalam hidupnya. Relawan jangka pendek sebelum bergabung dengan suatu lembaga akan memastikan terlebih dahulu tentang deskripsi tugas yang akan mereka lakukan dan berapa lama komitmen yang harus mereka berikan ke lembaga tersebut. Mereka hanya bersedia melakukan tugas-tugas yang sesuai dengan jangka waktu yang mereka sediakan, sehingga biasanya relawan tipe ini tidak bergabung dalam suatu lembaga untuk jangka waktu lama.

Pada akhirnya ingin menjadi tipe relawan mana yang kita pilih, tergantung dari motivasi kita sebagai relawan. Dengan menjadi relawan jangka panjang kita lebih bisa mendapatkan pengalaman dan pengembangan diri yang lebih optimal, namun bukan berarti menjadi relawan jangka pendek tidak memberikan kesempatan aktualisasi diri pula. Prinsip utama yang harus diingat adalah, sekecil apapun dan dalam bentuk apapun kebaikan, adalah kebaikan.

***

 

Penulis: Husnaa Haniifah
Rosyiidah Husnaa Haniifah, akrab disapa Nifa merupakan mahasiswi Pendidikan Kedokteran yang senang mengenal hal baru dan kegiatan kemanusiaan. Tidak ingin hanya mendapat ilmu dari perkuliahan saja, tapi juga ilmu dari dunia luar, Nifa menjadi relawan di Yayasan Peduli Kasih Anak Berkebutuhan Khusus.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×