Memenuhi Kebutuhan Gizi Anak

Meskipun kita menyadari bahwa pemenuhan kebutuhan gizi pada anak penting, akan tetapi masalah-masalah gizi, seperti kurang gizi, obesitas, alergi, hingga pilih-pilih makanan, masih menjadi problematika orang tua. Ratih Puspa Rahmani, S.Gz sebagai pembicara Bincang Santai pada hari Jumat, 29 Juni 2018 membahas tuntas tentang kebutuhan gizi yang diperlukan oleh anak maupun Anak Berkebutuhan Khusus. Zat gizi sendiri diperlukan untuk menunjang pertumbuhan secara optimal sesuai usia, menunjang aspek kesehatan anak, dan mendukung berbagai aspek perkembangan lainnya, seperti perkembangan sensori-motor, perkembangan kognitif untuk konsentrasi dan berpikir, dan perkembangan sosio-emosional.

Untuk memenuhi kebutuhan gizi anak, perlu memerhatikan asupan energi, protein, karbohidrat, serat dan air yang dianjurkan sesuai kelompok usianya. Bayi yang baru lahir hingga usia 6 bulan sebaiknya hanya diberikan ASI saja, sedangkan bayi usia 6-24 bulan membutuhkan gizi lainnya selain ASI, yakni dengan memberi makanan pendamping ASI dengan berbagai pengolahan secara bertahap mulai dari secara disaring, dicincang, hingga mengikuti makanan keluarga. Sementara itu, anak dengan usia lebih dari 24 bulan diberi nutrisi yang setara dengan orang dewasa. Orang tua perlu menyadari bahwa makan dan proses lapar merupakan proses belajar yang dapat diajarkan kepada anak dengan menjadwalkan rutinitas makan yang jelas dan konsiten.

Baik anak maupun orang dewasa perlu memerhatikan asupan yang sesuai dengan prinsip Gizi Seimbang sebagai pengganti 4 Sehat 5 Sempurna. Prinsip Gizi Seimbang merupakan panduan pola hidup sehat dengan susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan membiasakan makan makanan yang beragam, menjaga kebersihan, pola hidup sehat dengan olahraga teratur, serta memantau berat badan. Gizi Seimbang ini divisualisasikan dalam bentuk piramida yang sering disebut sebagai Tumpeng Gizi Seimbang (TGZ). Luas potongan masing-masing kebutuhan gizi menunjukkan porsi makanan yang harus dikonsumsi setiap orang per harinya. Sementara itu, di puncak TGS terdapat potongan kecil yang menunjukkan bahwa minyak, gula, dan garam dianjurkan dikonsumsi seperlunya saja.

Pada dasarnya, masalah gizi yang dialami Anak Berkebutuhan Khusus sama dengan anak pada umumnya walaupun memiliki kondisi yang berbeda. Masalah gizi yang dihadapi oleh Anak Berkebutuhan Khusus beragam, mulai dari tinggi badan cenderung lebih rendah, kecenderungan kurangĀ  gizi atau sebaliknya overweight atau obesitas, kurangnya kemampuan mengunyah karena perkembangan motorik yang terlambat, sering mengalami sembelit, hingga suka pilih-pilih makanan.

Berikut merupakan upaya-upaya yang dapat dilakukan orang tua dalam memenuhi kebutuhan gizi Anak Berkebutuhan Khusus:

  1. Memantau berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lipatan lemak, dan lain-lain
  2. Membuat jadwal rutin makan, termasuk makanan berat dan makanan selingan, dan memperhatikan pengaturan lingkungan dan suasana saat makan, seperti lokasi makan.
  3. Mengatur asupan makanan dengan mengatur kalori, rendah lemak dan gula, serta memperbanyak cairan dan serat
  4. Membuat catatan makanan, terkait beragam jumlah makanan, tekstur makanan, jenis makanan, serta jumlah cairan yang dikonsumsi oleh anak
  5. Melatih kemampuan makan anak, baik melalui terapis ataupun latihan di rumah, serta mencatat perkembangan kemampuan makan anak secara mandiri. Kemampuan mengunyah juga dapat diajarkan dengan perlahan pada anak mulai dari tekstur makanan yang mudah dikunyah hingga yang keras.
  6. Memperbanyak aktivitas fisik anak
  7. Apabila terdapat obat yang harus diminum oleh anak, jadwal makan disesuaikan dengan jadwal minum obat. Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter
  8. Memberikan suplemen makanan, seperti vitamin dan mineral, sesuai dengan anjuran dokter

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua terhadap kebutuhan gizi anaknya, yakni status gizi, asupan gizi, energi yang dikeluarkan anak melalui tingkat aktivitas fisik, ada tidaknya reaksi alergi pada kulit atau pada pencernaan terhadap bahan makanan tertentu, dan kondisi-kondisi khusus pada anak, seperti mengalami kesulitan dalam mengunyah.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×